Happy Reading!
Rasa canggung mendominasi, Sita yang rambutnya masih basah bingung harus melakukan apa. Duduk berjarak dengan Maria, membuat Sita tak nyaman di tempatnya.
Sesekali mengulum bibir ke dalam atau membasahi bibir bawahnya, Sita sangat benci situasi seperti ini.
Tiga puluh menit pun berlalu dengan suara hembusan nafas yang mengiringi. Tidak ada cakap maupun tatap muka, dua wanita itu masih setia menyibukkan diri dengan fikirannya.
Sita teringat sesuatu, cewek yang mengenakan celana jeans biru laut yang dipadukan hoodie berwarna navy itu melirik jam di dinding.
Memejamkan mata sesaat, Sita memberanikan diri untuk membuka obrolan. "Dua puluh menit lagi kelas mulai," ucapnya mengintrupsi Maria yang tengah manatap luaran apartemen.
Maria menoleh, dia mengangguk ragu, sama halnya dengan keraguan untuk bercengkrama dengan teman lamanya itu.
"Kalo gak ada yang mau diomongin, mending lo kel-"
"Sita," sela Maria cepat.
Sita sekali lagi mengulum bibir. "Apa? Tujuan lo apa dateng ke sini?" beruntun gadis itu bertanya.
Nampak Maria yang menunduk sebentar, menyampingkan tubuhnya menghadap Sita. "Kabar kamu gimana?"
Menaikkan satu alisnya, Sita memasang wajah angkuh walau hatinya saat itu sedang berperang.
Sita malu dan juga marah. Malu karena orang yang ia anggap teman adalah orang yang tersakiti olehnya, yang setiap berjumpa pasti topik yang mereka bahas adalah masalah rumah tangga Maria. Marah karena merasa telah di bohongi, walau gadis itu tahu Marialah yang paling tersakiti disini.
"Yang lo liat sekarang gue gimana?"
Maria tersenyum lebar, mengangguk lalu matanya menyorot dalam Sita. "Kamu tambah cantik," puji cewek itu tidak meluruhkan senyumnya.
Sita tertegun melihat Maria tersenyum tulus, ia semakin merasa malu saja, namun ia harus bagaimana, dia maupun Maria sama-sama tersakiti disini.
"Makasih," jawab Sita seadanya.
"Aku..." ucap Maria, Sita menoleh menunggu ucapan itu dilanjutkan. "Minta maaf," cicitnya pelan.
Uluran tangan Maria lakukan, Sita semakin malu saja dibuatnya, ingin sakali rasanya menenggelamkan diri di dalam lautan.
Masih membiarkan uluran tangan Maria menggantung di udara, Sita dibuat gelisah.
Haruskah ia membalas uluran tangan tersebut, namun mengingat kejadian lalu membuat Sita mengurungkan niatnya. Benar, ego terlalu besar memonopoli hatinya.
Sita memalingkan wajah, menatap apa saja asal tidak bertatap muka dengan Maria. "Alasan lo ke sini?"
Maria menatap miris uluran tangannya, gadis itu perlahan menarik tangan kembali, sekuat tenaga agar tak meringis dan cara satu-satunya adalah menggigit bibir dalam.
"Kangen sama temenku," ucap Maria lirih, Sita yang mendengarnya pun tercelos hatinya.
Namun lagi-lagi ego semakin menguasai diri gadis cantik itu. Sita sama sekali tak tertarik untuk menatap Maria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Подростковая литература[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...