Happy Reading!
Sepuluh menit lalu Lukman meninggalkan kediaman Alif, mungkin pria tiga puluh tahun itu merasa akan ada perang yang terjadi.
Alif menatap cemas Sita yang mulai terisak. "Aku bisa jelasin semuanya, Ta," ujarnya meraih jemari Sita untuk digenggam.
"Tapi kenapa harus sejauh ini?" tanya gadis itu parau.
"Karna emang ini yang terbaik."
Sita menggeleng tak setuju, tangan yang Alif genggam ia tarik, meninggal raut kecewa pada Alif.
"Yang terbaik menurut kamu itu kayak gimana sih? Coba aku mau denger?" tanya pongah Sita.
Alif mencoba menarik kembali tangan Sita, namun Sita justru menjauhkan tangannya dari jangkauan Alif ke balik tubuh.
"Sita... ini demi kamu, ak--"
"Kenapa harus demi aku? Aku emangnya kenapa? Aku gak kenapa-napa kok," tutur Sita dengan suara beegetar.
"Tolong ngertiin aku, aku cuma khawatirin kamu emang salah?"
"Iya kamu salah, gak bisa ngertiin keadaan," jawab Sita tajam.
Alif dibuat menghela nafas, pria itu menyugar rambutnya ke belakang menggunakan jemarinya.
Mereka terus bertukar argumen, tak menghiraukan sosok lain yang duduk tak nyaman. Sandy terus meleparkan tatapannya ke arah pintu utama, sangat mengharapkan kedatangan Mamah Alif yang tengah berbelanja bersama asisten rumah tangga agar ia bisa terbebas dari situasi menegangkan melebihi saat berhadapan dengan guru bk, namun yang ditunggu tak kunjung menampakkan badang hidungnya sedikit pun.
"Kamu ngerasa hebat udah lakuin ini, iya?" suara Sita kembali terdengar.
"Sita..." panggil Alif tak percaya, ucapan Sita sungguh sangat menampar keras dirinya. "Padahal aku lakuin semua ini demi kamu," lanjutnya lirih.
"Gak gini caranya."
"Terus harus kayak gimana? Apa aku bisa biarin orang yang aku sayang diganggu dan disaikitin kayak kemarin? Kamu mau aku diem aja gitu?!" tanya Alif ikut terpancing emosi, tanpa sadar menaikkan oktaf suaranya.
Bibir Sita bergetar, air matanya sontak saja lolos dari tempatnya kala mendengar bentakkan Alif.
"Aku kira kamu beda, ternyata sama aja," tutur Sita yang bangkit.
Alif seketika tersadar dengan apa yang baru keluar dari mulutnya. "Ta, maafin aku. Aku gak ada maksud buat bentak kamu," Alif ikut bangkit, tanggannya mencekal pergelangan tangan Sita, menahannya agar tak pergi.
"Udah deh," ujar Sita sinis, dengan sekali gerakkan, gadis itu menyentak cekalan tangan Alif sampai terlepas.
"Itu serius cuma refleks, Ta, aku gak niat bentak kamu," Alif kembali meraih tangan Sita dan kembali disentak lagi oleh gadis itu.
"Sandy!" panggil Sita.
Merasa terpanggil, pemuda yang masih menanti kedatangan sang tante itu sigap menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Teen Fiction[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...