TIGA PULUH TUJUH

129 9 0
                                        

Happy Reading!

Suara lonceng sebagai tanda bahwa kedatangan pelanggan menjadi pusat fokus Sella.

Dengan t-shirt berwarna macca, Sella tampak cantik dengan jeans hitam sebagai bawahan.

Melihat tamu undangannya yang menengok kanan kiri seperti sedang mencari sesuatu, dengan inisiatif gadid itu menganggat tangannya. "Kak," panggil Sella pada pemuda di ambang pintu kafe sana.

Tak lama orang yang sedari tadi ia tunggu-tunggu datang juga.

"Duduk, Kak," ujarnya mempersilahkan Juan.

Juan menarik kursi, duduk di sebrang meja. Di lihat dari dekat begini, apa yang di bicarakan teman-temannya perihal ketampanan Juan, memang pemuda di hadapannya ini memiliki paras yang rupawan.

Namun, saat mengingat apa yang di lakukan pada Sita, semua rasa kagum yang sudah menggunung rain begitu saja terganti oleh rasa tak suka.

Sella masih punya tata krama, walau tak suka dengan Juan, ia masih setia menarik bibirnya ke atas. "Mau pesen?" Tanya gadis itu basa-basi.

Tetapi Juan diam saja, tak berniat untuk menanggapi tawaran Sella. Dia pun menyetujui ajakan hanya karena gadis ini mengaku sebagai sahabat Sita saja, dan Juan tak ingin terbasa-basi.

Sella tersenyum kecut, memajukan duduknyam. "Santai aja, Kak. Gue bukan Sita, jadi nggak perlu pura-pura jadi bisu," ujarnya di sertai senyuman miring.

Lama melempar pandangan, Juan akhirnya berani menatap Sella. "Lo mau apa?"

Terkekeh pelan, Sella mengangguk-anggukkan kepalanya. "Jadi begini modelan yang sampe sekarang masih jadi perbincangan hangat SMA Cakrawala. Sita kalo tau bakalan heboh ngga, ya?"

Juan nampak jengah, dia seolah-olah sedang di permainkan. "To the point."

"Kenapa buru-buru banget sih. Santai aja, 'kan gue karibnya pacar lo," Sella masih setia dengan nada kalem namun terdengar menjengkelkan.

Tak memiliki niat untuk menjawab, Juan memasukkan tangannya pada saku hoodie. Duduk dengan salah satu kaki menumpu di kaki satunya, Juan terlihat semakin gagah.

"Gue mau tanya sesuatu?"

Mengangkat kedua alisnya, kedua tangan Juan berubah menjadi bersedekap di bawah dada.

"Kak Maria tau soal ini?"

Mengangguk, Juan menatap tanpa berkedip pada Sella. "Tau, kenapa?"

Sella membuang muka. Sejujurnya ia sangat gemetaran, di tatap sepertu itu membuat nyalinya ciut, namun ia tak mau terjadi sesuatu pada Sita.

Gadis itu menarik minumannya, ia fikir minum mungkin mampu mengurangi kegugupannya. Sella memberanikan diri menatap Juan kembali. "Gue nggak mau tau apa alasan lo sampe selingkuh dari cewek kayak Maria, gue cuma minta lo berhenti."

"Lo fikir gue mau kayak gini? Hah... nggak, gue nggak pernah punya niatan duain Maria."

"Dasar cowok," Sella berdecih. "Gue nggak perduli lo punya niat atau nggak, yang pasti kenapa harus Sita yang jadi korban keserakahan lo?"

Singgah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang