Happy Reading!
"Mbak yang suka ngegas yang doyannya nyalip di jalan," ujarnya berseru heboh.
Pemuda itu berkacak pinggang, memandang Sita dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Ketemu lagi kita," katanya pongah, pemuda itu berdecih. "Tukang ngegas tapi cengeng."
Sita tak berniat membalas, ia masih sibuk dengan tangisan paginya.
"Gue tau nih, pasti yang punya acara ini mantan lo, kan? Makanya lo mau bunuh diri gini," tebaknya.
"Tapi kalo mau bunuh diri jangan disini juga. Potong nadi aja, pasti sukses mati," tutur pemuda itu yang kini bersedekap di bawah dada. "Pake tuh kater, masih baru dijamin satu sayat langsung putus," lanjutnya percaya diri.
Mendengar penuturan pemuda yang kedua kalinya ia temui, tangisan Sita semakin bertambah kencang.
Pemuda berjas itu dibuat kelimpungan. Mencoba mendekat pada Sita, namun gadis itu memundurkan langkah.
"Eh, eh, gue bilang jangan mati disini," pemuda itu berdiri was-was, takut jika Sita serius akan bunuh diri. "Matinya jangan disini, adek gue nanti gak berani lewat."
Pemuda itu sudah berancang-ancang akan mendekati Sita. Sungguh kata-katanya barusan hanya sekedar guyonan dan kater yang ia berikan tadi hanya kater mainan saja.
Sita kembali memundurkan langkah saat pemuda bermulut seribu itu melangkah maju. Hingga punggungnya menatap tiang jembatan dan yang artinya jika ia kembali mundur, ia akan tenggelam.
"Kasian sama adek gue anjir, lo jangan nyusahin," celoteh pemuda itu mencoba mencekal tangan Sita.
"Pake kater aja elah, dijam-- AAWW," lanjutnya menjerit.
"Sejak kapan lo punya adek, hah?"
Kompak pandangan mereka tertuju ke sumber suara. Ringisan dari pemuda itu semakin kencang saat jambulnya ditarik tanpa ampun oleh Alif yang sedari tadi menyaksikan mereka.
"Lepasin tangan lo, Bang, copot jambul gue aish," ringis pemuda itu.
Tarikan pada jambul pemuda itu Alif lepaskan. Membuat si pemilik jambul menatap nyalang Alif.
"Kejam banget sama sepupu sendiri, gue bilangin nyokap tau rasa," ancam pemuda itu.
Alif berdesis. Menarik kembali jambul pemuda bernama Sandy itu membuat si empu meringis lagi.
"Psiko lo, Bang, bener-bener, ya," cibir Sandy.
"Lo ngapain disini, hah? Noh dicari nyokap lo," sinis Alif lalu tatapannya berganti pada Sita yang masih sesegukkan ditempatnya. "Cengeng," cibirnya.
Alif bergerak mendekati Sita, dengan posisi kedua tangan berkacak pinggang, Alif menahan agar tidak tertawa.
"Dibilang kalo ga kuat jangan dateng," tangan Alif bergerak naik menyentuh pipi Sita, menangkup pipi yang sekarang sedikit tembam. Menggunakam ibu jarinya, Alif menghapus bercak air mata disana. "Keras kepala sih."
Sita mulai berkaca-kaca, akan menangis lagi. "Alif," lirihnya.
"Jangan nangis," katanya lembut. "Noh liat muka lo udah kayak badut," lanjutnya menunjuk wajah Sita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Teen Fiction[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...