Happy Reading!
Dua puluh menit berlalu, namun dua orang yang pagi-pagi sudah mencium aspal itu masih saja terduduk di bahu jalan.
Terkapar bak ikan yang terbawa arus. Dengan Sita yang selonjoran di atas trotoar dan remaja pria yang tidak diketahui namanya fokus dengan game onlinenya.
Sita tidak habis fikir mengapa ada jenis manusia seperti pemuda berjarak dua meter darinya ini. Biasanya orang yang telah mengalami kecelakaan akan mengabari keluarga atau teman, namun tidak dengan remaja berambut pirang ini, meski sudah melakukan panggilan suara entah pada siapa, ia nampak santai yang kadang mulutnya mendumel yang tidak Sita mengerti.
Sial. Mungkin kata paling ajib untuk menggambarkan pagi ini. Dimulai mendapatkan kabar bahwa kafenya kemasukan gerombolan tikus, berkebut di jalanan yang berakhir terkapar bersama remaja menjengkelkan dan terakhir ponselnya yang mati karena lupa ia charger ikut adil menambahkan daftar kesialan untuk Sita.
Sita kesal, mulutnya tidak berhenti mendumel, apalagi pemuda di sampingnya ini tidak ada tanda-tanda akan menanyakan bagaimana kondisinya, diajak pergi ke klinik atau tidak ditawari tumpangan untuk pulang.
Jika saja kaki berbalut jeans biru langit itu tidak terasa ngilu saat digerakkan, mungkin Sita sudah ngacir meninggalkan sumber rasa gondok di hatinya.
"Belakang noh anjir," seruan dari pemuda berjaket itu mengintrupsi Sita yang tengah menatap jalan dengan sorot haru.
Sita menoleh, menaikkan alis melihat tingkah remaja berseragam ini yang bermain game tidak tahu tempat.
"Buta lo nyet, gue bilang di belakang lo elah," serunya lagi semakin heboh.
Tangan pemuda itu semakin lincah bergerak di layar benda pipih yang menyala itu.
"Kalo noob jangan ngajak mabar njing," seruan kembali keluar, Sita semakin tidak habis fikir dibuatnya.
Pandangan Sita menjelajah, mencari keberadaan benda untuk dijadikan bahan kejahilan. Tangan gadis itu meraba jalan yang mulai menyengat itu guna mengambil batu krikil.
Senyum licik tercetak jelas di wajah Sita, mengangkat genggaman tangan berisi batu krikil yang lumayan besar di udara. Tanpa ragu dan dengan tidak berperasaanya, batu krikil berhasil mendarat pada bagian yang sudah menjadi target Sita.
Merasa ada yang mengenai kepalanya, pemuda itu menoleh, berdecak malas lalu kembali berkutit dengan game onlinenya.
"Jangan ganggu," peringat pemuda itu mencebik kesal.
Sita yang merasa kejahilannya berhasil, memutuskam melakukan kembali hal serupa. Meraih batu krikil yang lebih besad dari sebelumnya lalu dengan secepat kilat sudah mendarat di bahu pemuda itu.
Ia menoleh lagi dengan decakan tak kalah keras dari sebelumnya. Merasa sedang diusik, pemuda itu menurunkan ponselnya lalu menoleh dengan tatapan tajam terarah pada Sita.
"Apa?" tanyanya nyolot.
Sita terkekeh jijik, mencuatkan bibirnya tidak suka. "Lo bocah masih sempet-sempetnya maen game di waktu kayak gini," tegur Sita tajam.
Bukannya merasa takut, pemuda itu justru memutar tubuhnya tepat menghadap Sita.
"Terus urusannya sama situ apa? Orang ini hp gue, kuota gue, jadi gak ada berhak buat mbak tegur gue," sahutnya tidak kalah tajam.
Sita dibuat melongo sebentar, pasalnya ia kembali dipanggil dengan embel-embel yang paling tidak ia sukai.
"Heh, sejak kapan gue jadi mbak lo," hardik Sita kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Teen Fiction[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...