LIMA PULUH SATU

99 13 0
                                    

Happy Reading!

Sita terjingkat sampai terjaga. Gadis berpiyama itu beringsut duduk, tangannya digunakan untuk mengucek mata sebelum meraih benda pipih yang menjadi tersangka pengganggu tidur karena deringan nyaringnya.

Dengan mata menyipit dan penglihatan yang masih mengabur, Sita menjawab panggilan suara berasal dari Vivi. Sampai suara heboh gadis remaja itu berhasil membuat kelopak mata Sita terbuka sempurna.

"Jangan ngibul, Vi," sahut Sita heboh.

"..."

"Lima belas eh dua puluh menit lagi gue nyampe."

Sita menutup sambungan secara sepihak. Menyibak selimutnya lalu segera bangkit dan bergeges masuk kamar mandi.

Kebiasaan saat SMA kembali Sita lakukan. Mandi kilat. Ralat. Tepatnya bukan mandi yang Sita lakukan, ia hanya cuci muka dan gosok gigi saja.

Lima menit cukup untuk Sita pergunakan berkutat dengan kamar mandi. Sekarang gadis itu tengah memakai pakaiannya dengan terburu-buru, menyemprotkan parfum ke sekujur tubuh berlanjut merapihkan rambutnya yang berantakan.

Beruntung hari itu jadwal kuliahnya siang hari, jika tidak, mati saja sudah Sita.

Buru-buru Sita memasukkan dompet serta ponsel pada tas slempangnya, menyambar kunci motor dengan gesit.

Suara badebum pintu yang ditutup keras menggema ke penjuru ruangan. Sita lari menuju rak sepatu di pojok ruangan, meraih sepasang sapatu selop disana. Mengenakan dengan posisi berdiri ternyata tidak mudah, terbukti berulang kali badan Sita oleng setiap kali mencoba memakai sepatu walau sudah merapat paa dinding.

Geraman, decakan juga umpatan berkolaborasi menjadi satu kegiatan yang Sita lakukan. Karena kesal dan geram menyaksikan kakinya yang terus saja gagal masuk ke dalam sepatu, tubuh Sita pun merosot, melakukan pilihan jitu agar cepat memasang alas kaki hitam itu.

Nambaknya Sita belum usai menyibukkan dirinya, ia kembali berlarian menuju sofa ruang tamu.

Terlihat Alif di balik selimut tebal yang Sita berikan semalam meringkuk menghadap sandaran sofa. Walau merasa tak enak jika membangunkan Alif yang sedang nyenyak-nyenyaknya tertidur, tapi harus Sita lakukan.

Sekali sibakan, selimut tebal itu sudah tidak lagi membungkus tubuh atletis Alif.

"Lif, bangun, Lif," Sita heboh, menggoyang-goyang kan tubuh Alif kuat.

Alif melengguh, bukannya bangun pemuda itu justru membalik tubuhnya menjadi telungkup.

Sita semakin dibuat frustasi, kabar tak terduga dari Vivi yang mengatakan bahwa kafenya dimasuki segerombolan tikus hingga meninggalkan kerusakan pada beberapa buku bekas gigitan hewan mengerat itu.

Plak

"ADUH!"

Satu tabokan berhasil Sita berikan pada pantat Alif, namun hal tersebut masih belum bisa membuat Alif terjaga.

"Astagaaa," suara gertakan gigi terdengar, wajahnya merah padam menahan kesal.

"BANGUN ALIIIF!"

Plak

"CEPETAN BANGUN!"

Bugh

"LO BANGUN NJING!"

Singgah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang