EMPAT PULUH ENAM

114 10 1
                                    

Happy Reading!

"Ternyata jodoh gue gak ada disini, Ton."

Pemuda berpakaian formal itu menoleh menatap Sita diiringi gelengan kepala tak habis fikir. "Jodoh lo emang gak ada di sini," sahut Anton.

Sita menoleh sesaat lalu kembali mengedarkan pandangan keseluruh penjuru gedung yang Panji sewa untuk acara pernikahannya.

"Terus jodoh gue dimana dong? Di sini gak ada yang pake jas putih selain manten."

Anton terkekeh, karena gemas sendiri dengan Sita membuat pemuda itu menoyor kepala cewek itu dari samping.

"Rambut gue, Anton," desis Sita merapihkan rambut yang menurutnya berantakan.

"Karena jodoh lo adanya di prancis," ujarnya lalu berlalu meninggalkan Sita yang masih sibuk dengan tangan naik turun merapihkan tatanan rambutnya.

Sita terdiam, mencoba menebak apa maksud dari ucapan Anton. "Maksudnya gue berjodoh sama bule gitu?" Monolog Sita. "Nanti anak gue belasteran dong?"

Cewek itu terkikih sendiri, membayangkan jika dia menikah dengan seseorang berbeda kebangsaan sampai ia tersadar bahwa Anton sudah tak ada di sebelahnya lagi.

Tak lama acara akad nikah pun berlangsung, Panji yang memang sudah menghafal ijab kabul jauh-jauh hari hanya membutuhkan sekali pengucakapan kalimat sakral tersebut.

Hingar bingar kebahagiaan mengisi gedung yang didominasi mawar putih si setiap sudut ruangannya. Anton yang sedari tadi tak meluruhkan senyum lebarnya bersanding dengan Sarah yang anggun bersama gaun putih yang membaluti tubuh.

"Ciwiw, manten baruuu," seru Roni heboh kala melihat Panji dan Sarah bergabung.

Panji mengangkat dagu tinggi sedangkan Sarah tersenyum dengan pipi merona. "Iya dong. Lo semua jangan pada iri," ujarnya berbangga diri.

"Udah gak maen sendiri lagi dong, bro," ucap Roni lagi menepuk bahu Panji disertai kedua alisnya yang naik turun.

Sarah melirik tajam pada Roni namun Panji mengangguk senang.

"Sar, kalo si panji maennya agresif lo tendang aja anunya, oke," kalimat yang Andi ucapkan berhasil memperoleh satu jitakan dari Panji.

"Iri bilang bos," cibir Panji namun tak ayal tertawa dengan celetukan dari para sahabatnya.

Anton yang baru saja kembali dari toilet segera menyelorohkan sebuah pertanyaan. "Gue penasaran waktu senior fakboy lamar lo, Sar?"

Mendengarnya sontak membuat mereka heboh, Roni bertepuk tangan bak bocah tk sedangkan Andi di sampingnya hanya tertawa kalem.

Anton tersenyum bangga karena pertanyaannya bersedekap dengan dagu terangkat.

Sarah hanya menunduk guna menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya. Cewek yang Sita kenal dengan sifat ramahnya itu menggelengkan kepala menolak untuk bercerita.

"Pake prank sekarat mau mati biar diterima pasti," celetuk Andi mengundang gelak tawa mereka.

Sita yang menjadi penonton sesekali tertawa, sampai tak sadar dengan kahadiran seseorang yang mereka tunggu-tunggu.

Singgah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang