DUA PULUH ENAM

113 18 0
                                    

Klik Votes dulu yuk.

Happy Reading!

Manusia memang penuh dengan kejutan.

Sama halnya dengan pemuda berkemeja biru dengan kaos putih polos sebagai daleman dan di lengkapi dengan celana jeans yang membaluti kaki kekarnya, kedatangannya pemuda bernama Juan itu mengejutkan Sita yang masih diam di tempat.

"Juan." Cicitnya. Gadis itu mellihat Alif yang juga sama sedang melihatnya.

"Pacar lo?" Tanya Alif dan dengan cepat Sita mengiyakan.

Pemuda itu melangkah terlebih dahulu mendekat ke arah pria yang menjadi pacar Sita.

"Gue temennya Sita. Sorry tadi gue ajak pacar lo sebentar mampir ke rumah."
Alif dengan uluran tangan yang masih tertahan di udara mengenalkan diri.

Persis seperti yang Sita bayangkan, Juan tidak menerima uluran tangan itu.

Merasa yang di lakukannya sia-sia, Alif perlahan undur diri, mendekat pada Sita yang masih berdiri tegak di depan mobilnya. "Gue balik dulu kalo gitu, Ta. Sorry, hampir buat lo celaka."

Setelah kalimat pamitan Alif untuk Sita utarakan, pemuda itu kembali membuka pintu, masuk ke dalam dan menyalakan mesin mobil, lalu pergi meninggalkan Sita yang masih enggan beranjak barang sejengkal saja.

Dua anak adam dan hawa itu sama-sama tidak melakukan gerak tambahan. Juan yang berdiri tegak di samping motor gedenya, dengan Sita yang melemparkan tatapan datar.

Sita terlebih dulu membuang muka setelah mendapatkan sebuah pesan dari ponselnya.

Juan
Hbs kmn

Memejamkan mata, Sita kemudian kembali mendongak menatap sang pengirim pesan.

"Kalo nggak salah tadi lo denger temen gue bilang apa." Ketus gadis itu masih dalam posisi awal.

Juan kembali menunduk, mengetikkan sesuatu lagi.

Ting...

Membuang nafas kasar, Sita menunduk lagi.

Dia mengutuk takdir. Mengapa dia harus memiliki hubungan dengan orang yang tidak bisa membalas ucapannya.

Juan
Ngapin aj

Membaca pesan tersebut, Sita berusaha keras agar tidak tertawa. Juan mengetik dengan terburu-buru yang menghasilkan kalimatnya tidak lengkap.

"Biasanya kalo cewe ke rumah cowo ngapain aja." Sita masih setia berbicara dengan nada ketus.

Juan
Aku ngrs kt kyk lg mrhn

"Gue emang ngiranya gitu." Sahut Sita cepat.

Dengan jarak dua meter yang memisahkan keduanya, pemikiran Juan sama dengan Sita. Akhirnya membuat gadis itu mengalah terlebih dahulu, mendekat pada Juan. Karena sedikit memikirkan juga jika keduanya berinteraksi dengan cara seperti itu, bisa-bisa pulsa Juan terkuras habis.

"Kenapa?" Sita bertanya sesaat sudah berdekatan dengan Juan.

Yang menjadi lawan bicaranya mengangkat ponsel, jemari tangan pria itu akan mengetik sesuatu di sana, namun dengan cepat Sita menahan.

"Jangan di jawab dulu!!" Sergah Sita lugas, menarik telepon genggam Juan sampai berganti alih ke genggamannya, "gue mau ngomong, eh nanya lebih tepatnya."

Singgah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang