Entah rasa empati atau apa, semuanya terlalu sulit untuk aku fahami.
-singgah
Happy Reading!
Di antara banyaknya alasan untuk menghindari Alif yang akan menghantarkannya pulang, mengapa Sita malah memilih turun padahal dia tahu tempatnya tadi aman dari serangan hujan.
Entahlah Sita merasa antusias saja saat melihat Juan berdiri di antara banyaknya para pengendara meneduh untuk sekedar menghindari basahnya oleh hujan.
"Hei." Sita menyapa saat sudah berada tepat di hadapan Juan dan jangan lupakan seragamnya yang basah akibat menerobos hujan yang sedang deras-derasnya.
Sangat kentara sekali Juan yang saat itu sibuk menghangatkan tubuh dengan menggosok-gosok telapak tangannya terkejut melihat kedatangan Sita. Satu alis pemuda itu terangkat, seolah meminta penjelasan mengapa Sita berada disini.
"Mau menemin juan nunggu hujan reda." Sita berpindah posisi menjadi berada di sisi tubuh tegap Juan, dia tak ambil pusing kehadirannya menjadi pusat bagi peneduh di sekelilingnya.
Semuanya diam, tidak ada cakap anta para manusia yang berberat hati menghentikan perjalanan demi tubuh yang tak basah. Juan melirik Sita yang bibirnya mulai membiru, kedua lengan Sita yang tersilang digunakan untuk menggosok bahu.
Pandangan Juan turun ke seragam Sita yang sudah basah kuyup, Juan pun tak mengerti mengapa gadis ini memilih menemuinya dan rela basah. Yang Juan tahu dari Anton dan teman lainnya bahwa Sita tipikal orang yang tidak perduli sekitar, sangat susah berinteraksi pada orang baru, dan mengapa jika bersama Juan tidak seperti itu.
Dan sebenarnya Sita juga orang yang sangat peka, dia tahu bahwa Juan sedang menatapnya tanpa berkedip, membuat risih.
"Ehem." Sita berdeham cukup keras, membuat dirinya menjadi atensi lagi dan pastinya Sita tak perduli. "Juan dari mana, kok bisa disini?" Sita berbasa-basi saja, walau tak sepenuhnya ingin tahu asal usul pria itu bisa terjebak hujan, itu ia lakukan agar tak terjadi kecanggungan saja.
Dan tak ada jawaban, Juan diam saja, tak melakukan gerakkan atau pun mengetikkan sesuatu di ponselnya sebagai jawaban. Pemuda itu menggelengkan kepala, dia melakukan gerakkan yang tak bisa dimengerti oleh Sita, apalagi tatapannya yang sulit diartikan.
"Eh." Sita terkejut kala mendapati kedua bahunya di cekal oleh Juan, membimbing agar menghadap sepenuhnya pada pemuda itu. Seharusnya Sita mengelak. Memang seharusnya begitu, bukan diam saja saat sebuah jaket yang tadi Juan kenakan sudah beralih menyampir di bahunya.
Sita menurut kala disuruh mengenakan jaket biru dongker itu. Sampai jaket itu sudah terpasang sempurna, Sita dibuat termenung lagi, Juan dengan sesuka hati menyambar tangannya, mulai dari menggengam, menggosok-gosok telapak tangan Sita yang di himpit oleh telapak tangan besarnya sampai menyimpannya di saku jaket.
Sekali lagi, seharusnya Sita tak harus diam saja. Bukan kah Sita tidak suka jika ada lelaki yang memperlakukannya seperti ini, mengapa otaknya tak bisa diajak kerja sama.
Sibuk memikirkan mengapa dia tak bersikap seperti biasanya sampai membuat Sita tak sadar bahwa hujan sudah reda, para pengendara lain pun sudah bergegas meninggalkan ruko yang sempat menjadi tempat berlindung.
Tak berbeda dengan Juan, pemuda itu mulai melangkah bersama Sita menuju motor gedenya. Memakai helm dan siap melajukan kuda besinya saat sudah memastikan bahwa Sita telah duduk nyaman dalam boncengan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Teen Fiction[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...