Happy Reading!
Selepas pulang kuliah, Sita langsung membanting tubuhnya di tempat tidur. Masih dengan pakaian yang menjadi saksi bisu kesialannya pagi tadi, tubuh Sita terlentang bebas. Kaki juga tangan terbuka sambil menggosok-gosokkan di permukaan sepray bulu lembut.
Kelopak mata gadis itu terpejam, nafasnya ia hembuskan perlahan kentara sekali jika tengah lelah.
Pikirannya melayang saat sedang di cafe tadi pagi bersama Juan yang entah apa alasannya tidak mau beranjak walau Alif terus saja menatapnya seolah sedang mengibarkan bendera perang, membuat Sita harus turun tangan menjadi penengah agar tidak terjadi hal yang membuatnya semakin pusing.
Suara perut keroncongan menarik atensi Sita untuk membuka kelopak lengkap dengan bulu mata lentik itu, tangannya tertarik untuk mengusap perut kosongnya itu.
"Lapeeer," rengeknya mengusap naik turun perut ratanya itu.
"Kok kepengen martabak, ya," monolog Sita beringsut duduk.
Namun sadar jika tubuhnya lengket, Sita memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Memakai kaos putih sebahu dengan sablon berbentuk mickey mouse di depannya berpadu celana training hitam juga dilengkapi jaket hitam untuk menutupi lengan telanjangnya.
"Delivery apa beli langsung, ya?" fikir Sita, mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk.
"Delivery aja deh biar gak ribet," putusnya namun sedetik berikutnya kepala Sita menggeleng. "Tapi kalo beli langsung sekalian cari angin juga."
Sita menjentikkan jemarinya. "Let's go, jalan malem," serunya.
Merogoh tas untuk mengambil ponsel dan dompetnya, Sita memilih pergi tidak dengan kuda besinya.
Karena letak unit apartemennya berada di lantai belasan, Sita perlu menaiki lift terlebih dahulu agar cepat sampai di lantai dasar.
Angin malam menyambut Sita yang baru keluar dari lobi, menyapu wajahnya sampai si empu harus memejamkan mata sebentar dengan senyum yang diterbitkan.
Sita menghirup dalam-dalam udara malam. "Seger banget," ujarnya lalu memulai mengayunkan kaki.
Sebab jarak apartemen dan penjual maratabak hanya kisaran 20 meter, Sita bisa memanfaatkannya untuk menyegarkan pikirannya yang penuh dengan tugas kuliah yang tidak pernah bosan menumpuk.
Tangan Sita dimasukkan ke dalam saku jaket, mata gadis itu menjelajah sepanjang perjalanan melihat-lihat jalan yang masih padat dengan lalu lalang kendaraan.
"Pak, satu porsi yang kayak biasa, ya," pesan Sita lantang setelah sampai.
Penjual martabak tampak mengacungkan jempol meski sedang kerepotan membuat pesanan.
Selagi menunggu pesanannya dibuatkan, Sita memilih duduk di kursi yang sudah tersedia disana bersama para pembeli lainnya.
Ponsel ia keluarkan, menunggu tanpa bermain gawai sangatlah tidak afdol. Menunduk bersama jari yang menggulir layar benda pipih sampai tak sadar ada seseorang yang memperhatikannya.
"Fokus banget," ujar suara di sampingnya.
Sita yang menunduk sontak menoleh. Melihat siapa pria yang telah menyapanya, Sita dibuat terkesiap. Tubuhnya ia tegakkan sampai ponsel dalam genggaman hampir jatuh jika pemuda berhoodie itu tidak sigap menangkapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Roman pour Adolescents[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...