3. Raden ☁️

266 13 0
                                    

"Sini duduk dulu," suruh Qiren setelah berada di UKS. Raden menurut saja.

"Bentar ambil kompresannya dulu ya," ucap Qiren sambil tersenyum.

Anjir woi meleyot gue liat senyumannya
Raden berbicara dalam hati.

Tidak sampai semenit, Qiren kembali sambil membawa baskom berisikan air es dan sapu tangan untuk mengompresnya.

"Sini mana tangan lo."

Qiren mengambil tangan Raden yang tadi terkena kuah bakso. Terlihat sangat merah dan sedikit melepuh.

"Bilang ya kalo sakit." lalu Qiren mengompres tangan Raden.

Hening...

Raden melihat bordiran Q di ujung sapu tangan yang mengompres tangannya itu.

"Itu sapu tangan lo?" Tanya Raden.

"Kok tau?"

"Ada huruf Q nya," jawab Raden sambil memegang sapu tangannya.

"Hehe, tadi gue cari disini ga ada sapu tangan, untung gue bawa," jelas Qiren agak gugup.

Raden yang mendengarnya Hanya tersenyum.

"Udah nih, tinggal dikasih salep." Selesai di kompres dengan air dingin, Qiren mengambil salep yang tadi sudah ia ambil, kemudian mengoleskan tipis-tipis di area yang terkena kuah panas tadi.

"Sshh."

"Eh perih ya, maaf maaf." Qiren berusaha untuk lebih lembut lagi.

"Selesai, jangan kena apa-apa dulu ya tangannya" saran Qiren.

"Makasih." Qiren hanya tersenyum menanggapi.

"Sini sapu tangan lo," pinta Raden.

"Buat?"

"Gue cuci di rumah."

"Ih ngapain? Enggak usah." tolak Qiren.

"Udah gapapa, sini aja." Raden mengambil sapu tangan yang ada di tangan Qiren.

"Gue cuci di rumah, besok gue kembaliin, okey."

"Yaudah iya terserah," pasrah Qiren.

"Udah bel, kekelas bareng," ucap Raden datar.

"Okey," Qiren menyetujui.

Saat keluar dari UKS Raden mengandeng tangan Qiren.

Apa apaan ini astaga make acara digandeng segala

Ucap Qiren dalem hati

"WIDIIW, ada bau-bau traktiran nih," heboh Emil saat Qiren dan Raden masuk kelas. Raden berjalan kekursinya, Qiren pun demikian.

"Gimana Den, sukses enggak PDKT nya?" Tanya Daniel. Raden hanya menatap tajam Daniel seolah tak mau membahas hal tersebut.

"Widih, gimana Ren?" Tanga Freya, teman sebangkunya.

"Gimana apanya?"

"PDKT-nya"

"Hah? Kok PDKT sih?," Qiren tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Freya.

"Yaah, enggak tau aja dia ya Frey," ucap Airin mengkode.

"Enggak tau apa sih? Kalian ngomongin apaan? Kasih tau ih, gue ketinggalan," mohon Qiren.

"Lo masa enggak peka sih, si Raden tuh demen sama lo, Ren."

"HAH? Bentar bentar, apa-apa tadi? Ga kedengeran anjir"

"Hilih so' enggak kedengeran," cibir Qai dengan nada menggoda.

"Beneran ga kedengeran ai kamu, ulang ulang."

"Raden demen sama lo, Qireen," kali ini Airin mengeraskan volume suaranya.

"HAH? ANJIR? Cuek cuek gitu demen sama gue? HELLOW dia ngeliat apa dari gue sampe-sampe bisa demen. Plis deh kalian enggak usah meningkatkan kepedean gue. Ini gue udah pede banget loh." Terlihat sekali bahwa Qiren sebenarnya sedang salting, namun ditutupi agar tidak terlalu kelihatan.

"Yeu, so' merendah lo ah. Beneran tau, tanya Freya sama Qai kalo enggak percaya. Tadi Keenan ngomongin kalian pas kalian pergi ke UKS." Freya dan Qai mengangguk setuju.

"Ngomongin gimana?" tanya Qiren super penasaran.

"Itu si Raden demen sama Qiren cuman enggak berani ngungkapinnya," Airin mengulang perkataan Keenan saat di kantin tadi.

"Anjir anjir, demi apa serius lo?" Qiren hebohnya bukan main.

"Iyaa laah. Acieee uhuy, ada yang mau nyusul gue nih," goda Airin.

"Ah, engga seru pada bunya pacar kalian mah." Qai murung sendiri.

"Gu juga engga punya Qai, tenang ada temennya jomblo kok." Freya menepuk-nepuk punggung Qai.

"Enggak percaya gue kalo kejombloan lo bertahan lama. Palingan bentar lagi taken sama siapa gitu," Airin berpendapat.

"Sama Bintang gasi? Cocok gitu keliatannya," seru Qiren.

"IHH ASLI BENER, COCOK BANGET. Mana tadi pas di kantik nanyain dia mulu si Freya," Qai setuju paling keras. Tiga temannya itu sangat mendukung Freya dengan Bintang.

"Apa sih, enggak lah. Orangnya irit ngomong gitu, Bisa-bisa mati awkward gue," tolak Freya mentah-mentah.

"Ih percaya, dia kalo di markas enggak kayak gitu. Banyak omong kok orangnya. Cuman emang kalo disekolah irit ngomong," Jelas Airin yang sepertinya tau banyak tentang keenam cowok famous tadi.

"Mau gue kenalin enggak Frey?" Tawar Airin senang hati.

"Dih apaan sih enggak enggak, makasih tawaran baiknya Ai," lagi-lagi Freya tolak mentah-mentah.

"Lo mah, yaudah lah. Tapi kalo mau bilang aja, ntar gue kenalin,"

"Biasanya, nanti tuh tiba-tiba udah kenalan duluan, Tiba-tiba deket aja gitu," tebak Qai.

"Iyaaa tuh biasanya gitu, diem-diem deket. Nanting langsung cuss, go public," sambung Qiren semangat.

"Go public, dikira artis apa yaampun."

"Yeuu iyaa, artis sekolahan. Ih dijamin deh lo kalo beneran jadian sama Bintang petjah langsung ini sekolah. Terkenal satu sekolahan lo, yakin gue."

"Ga mau ah, pasti banyak mantannya dia," tebak Freya asal

"Hey heyy, anda tidak tahu saja. Dia itu enggak punya mantan Frey, asli dah gue jamin," Ucap Airin penuh keyakinan. Ia bisa tau karena diceritakan oleh pacarnya. Satu-satunya diantara mereka yang tidak punya mantan adalah Bintang seorang. Raden pun punya mantan namun hanya satu. Daniel dan Emil jangan ditanya lagi, oke.

"Serius? Masa sih? Mukanya badboy gitu."

"Ya kan mukanya Frey, yang penting mah bukan muka muka playboy kayak si Emil Daniel," cetus Qiren.

"Iya juga sih ya." Freya jadi makin penasaran dengan cowok bernama Bintang itu.
.
.
.
TBC

Jujur bingung banget gimana cara ngerevisinya. Dari awal bener-bener berantakan banget ceritanya, iya gasih? Huhu... tapi gapapa lah tetep aku revisi sebisa mungkin yeaay. Tungguin yaaa.

JANGAN LUPA KASI BINTAANG YAAA, KOMEN JUGA JANGAN LUPAA. MAKASII LUV LUV

J a r a k (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang