7. Rumah Freya ☁️

189 8 1
                                    

Sampailah mereka di rumah Freya. Letaknya lumayan jauh dari rumah Bintang namun tidak masalah.

Saat masuk ke dalam kompleks-nya, Bintang berdecak kagum. Rumah megah bertebaran dimana-mana. Komplek yang Bintang sangat yakin isinya adalah orang-orang berkasta tinggi.

Saat sampai di depan rumah Freya, Bintang makin kagum di buatnya. Rumah megah berdiri tepat di depannya. Mobil-mobil ternama terparkir rapih di garasi rumahnya yang sedang terbuka setengah. Halaman yang sangat luas dan banyak pepohonan, menciptakan suasana asri di sekitar rumahnya. Ada juga satpam pribadi yang sedang berjaga di kedua sisi pagar hitam mengkilap.

Pikiran Bintang langsung menyuruh hatinya untuk segera mundur sebelum melakukan apa-apa. Bintang sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding Freya. Namun hati kecil Bintang menolak untuk mundur.

"Hey! Ih malah melamun, aneh banget sih." Freya bersidekap melihat Bintang yang tak kunjung menjawab panggilannya sedari tadi.

"Eh! iya, Frey kenapa?" sadar akan dirinya yang sedang melamun tadi.

"Masuk dulu yuk!" ajak Freya.

Bintang bingung ingin mengiyakan atau menolaknya.

"Ayo, masuk dulu. Habis ini lo sibuk emang?"

"Enggak sih, enggak ada apa-apa," jawab Bintang jujur.

"Yaudah kalo gitu, ayo masuk dulu." Freya menarik Bintang untuk segera turun dari motor.

"Gapapa gapapa, motornya nanti biar sama satpam gue aja." Freya mencegah Bintang ketika ingin memparkir motornya.

Mau tidak mau Bintang nurut saja karena cewek ini sudah menarik-narik dirinya untuk masuk kerumahnya. Bintang menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk bersikap biasa saja dan apa adanya.

"Assalamualaikum ma," ucap Freya.

"Waalaikumsalam, sayang udah pulang. Eh! bawa siapa kamu, ganteng banget ih," tanya Farah yang penasaran dengan orang yang ada di belakang anaknya.

"Temen aku ma."

"Bintang, tante."

"Oalah temen. Temen apa demen?" goda Farah sambil tersenyum mengejek kepada Freya.

"Temen maa," ulang Freya dengan sedikit rengekannya.

"Iyaa temen kok temen. Ayo duduk dulu atuh, masa berdiri terus." Farah mempersilahkan untuk duduk.

"Bentar ya, lagi dibuatin minum sama bibi," ucap Farah.

Bintang bingung ingin bersikap seperti apa disini. Untuk duduk saja Bintang segan ketika melihat sofa yang mewah, ia perkirakan mungkin harganya lebih mahal dari motornya saat ini.

"Temen sekelas kalian teh?" tanya Farah basa-basi.

"Iya tan, sekelas kita," jawab Bintang.

"Tumben kamu ih, punya temen cowok. Dari dulu perasaan temennya cewek terus," cibir Farah kepada anaknya.

"Punya dong, cowok di sini baik-baik tau Ma, enggak kayak yang di sekolah dulu ih, serem-serem," Freya bergidik sendiri.

"Iya lah, makanya Mama ngajak pindah kesini. Orangnya ramah-ramah, iya enggak Bin?"

"Iya tan disini orangnya ramah-ramah kok, bener."

Salah satu asisten rumah tangga datang membawa nampan berisi 3 gelas minuman.

"Diminum Bintang, suka teh kan?"

"Suka tan, suka kok." Ini adalah teh paling enak yang pernah Bintang rasakan seumur hidup. Tidak tau ini teh rasa apa, namun yang jelas ini enak sekali.

Mereka kembali bercengkrama, mengobrol hal-hal kecil seputar sekolahan.

"Tante tinggal dulu ya, boleh kalo masih mau ngobrol-ngobrol kalian." Farah meninggalkan putrinya dan juga temannya di ruang tamu.

"Lo mirip banget sama mama lo," komentar Bintang.

"Iya lah, kan aku anaknya. Yakali enggak mirip," balas Freya.

"Untung pipi gue enggak ditanyain sama mama." Freya melihat pipi kirinya lewat pantulan layar handphone-nya.

"Coba liat." Freya memperlihatkan pipi kirinya. Masih sedikit merah dan lukanya masih kelihatan, namun sudah tidak separah tadi.

"Ini, dikasih salep aja buat yang lukanya. Tipis-tipis aja ya." Bintang memberikan salep yang tadi untuk mengobati luka Freya.

"Oohh, okey makasih Bintang." Freya menerima salepnya dengan senang hati.

"Lain kali kalau mau keluar gerbang sekolah liat-liat dulu ada anak batik kuning enggak. Hati-hati banget sama mereka pokoknya mah," pesan Bintang.

"Okey siap Bintang."

"Kalau belum dijemput, enggak usah keluar gerbang dulu biar aman. Lo dijemput sama siapa biasanya?" tanya Bintang.

"Biasanya gue pulang naik ojek online sih, enggak dijemput."

"Loh? Enggak dijemput sama supir gitu?"

"Enggak, enggak suka aja. Gue lebih suka naik ojek online. Kayak lebih seru aja sendiri gitu," jawab Freya sambil tertawa kecil.

"Gue anter mau enggak?" Entah mendapat keberanian dari mana, Bintang menawarkan diri untuk mengantarkan Freya pulang ke rumahnya.

"Hmm, rumah lo di mana emangnya?"

"Di jalan ini nih." Bintang memberi tau nama jalan dan daerah rumahnya.

"Astaga, jauh itu mah Bintang. Gausah gausah deh, kasian lonya harus beda arah dulu," tolak Freya halus.

"Gapapa Freya, enggak jauh jauh amat kok, kan naik motor jadi cepet."

"Bener? Ih enggak ah kasian lo," tetap ia tolak karena merasa kasihan dengan Bintang.

"Kenapa kasian, santai aja Frey gapapa gue juga, malah seneng." Iya seneng bisa tambah deket sama calon pacar.

"Beneran? Yaudah okey deh." Senang bukan main, tawarannya diterima baik oleh Freya. Awal yang baik, semoga kedepannya juga baik.

Ponsel Bintang dari tadi bergetar di dalam sakunya menandakan ada banyak notif masuk.

Pak Damar: BISA-BISANYA JAM SEGINI BELUM BALIK? KELUYURAN KEMANA LAGI KAMU?
Balik cepat, atau adik kamu saya kurung lagi!

"Frey, sorry banget, gue pamit pulang ya?" Izin Bintang. Padahal dirinya masih ingin berlama-lama dengan Freya. Namun ia ingat bahwa adiknya sendirian bersama makhluk tidak punya hati.

"Eh! iya boleh boleh. Ayo gue anter kedepan." Mereka berjalan beriringan menuju ke luar. Motor Bintang ternyata sudah terparkir rapih.

"Ini pak, anaknya mau pulang," beritahu Freya pada pak satpamnya.

"Oh iya siap neng,"

"Makasih ya Freya, gue seneng banget ketemu mama lo."

"Iyaa sama-sama Bintang. Sering-sering main kesini nanti kalo pulang sekolah, sepi banget soalnya rumah gue."

"Siip, nanti gue main lagi."

Setelah motornya siap, Bintang pamit kembali kepada Freya. Lalu buru-buru menancapkan gas agar adiknya disana tidak kenapa-napa.



TBC

J a r a k (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang