6. Menjadi Umpan ☁️

188 9 0
                                    

"Mau ke Walini enggak Frey?" Tawar Airin kepada Freya. Saat ini sudah waktunya pulang sekolah. Airin seperti biasa menghampiri cowoknya ke Walini, atau cowoknya yang menghampirinya ke kelas.

"Hmm, boleh deh. Baik-baik ya ternyata. Gue kira kayak orang yang rusuh-rusuh terus yang suka catcalling gitu," ujar Freya.

"Enggak lah, mereka bukan orang kayak gitu. Iya sih kalo Emil sama Daniel suka goda cewek gitu, tapi cuman ke orang-orang yang addict sama mereka aja," jelas Airin.

"Ooh, iyaa ngerti-ngerti."

Mereka berjalan menuju ke arah luar sekolah, jalan sekitar tiga menit baru akan sampai di Walini.

Namun di tengah jalan, mereka melihat banyak anak berbatik kuning yang juga berjalan menuju Walini.

Tiba-tiba saja dua cewek ini sudah di kepung oleh beberapa anak berbatik kuning alias anak SMA Sila Satu. Tidak bisa melawan sama sekali karena badannya jauh lebih besar dari pada dirinya. Sudah dipastikan akan ambruk jika Freya dan Airin nekat.

"Widih, umpan yang bagus ini. Lo pacarnya Keenan kan?" Salah satu dari mereka bertanya kepada Airin namun tidak direspon apa-apa.

"JAGAIN WOI DUA CEWEKNYA!" Seru salah satu orang yang sudah ada di depan Walini.

"Anak Sila Satu Rin?" Bisik Freya pada Airin.

"Iya, kita dijadiin umpan mereka buat tawuran, liat aja nanti," bisik Airin.

"Kok gitu sih? Kan mereka masuk wilayah kita, harusnya kita yang cegat mereka dong," protes Freya tidak terima.

"Ya enggak gitu juga Frey, astaga. Mereka kayaknya ada masalah, atau nyari masalah, enggak tau juga deh," cecar Airin.

"Trus gimana kita?"

"Nanti Keenan sama yang lainnya bakal nyelamatin kita, tenang aja."

"Lo udah pernah ya dijadiin umpan gini?" tanya Freya. Ia heran mengapa Airin terlihat santai sekali sedangkan dirinya panik bukan main.

"Pernah dua kali," jawab Airin singkat. Pantas saja, sudah berpengalaman ternyata.

"PENGECUT LO LO PADA ANJING! BERANINYA JADIIN CEWEK UMPAN," seru Bintang murka.

"Yaa gimana lagi ya, mereka lewat depan mata, yaudah sasaran empuk dong. Ada pacarnya Keenan lagi," sahut George yang sepertinya pemimpin dari pasukan berbatik kuning.

"ANJING LO!"

BUGH!

Pertikaian dimulai, dari dua belah pihak saling tonjok menonjok, namun bisa terlihat bahwa pihak Brawijaya lebih unggul dari pihak lawan.

"Cantik juga lo, kok gue enggak pernah liat sih." Sedangkan di posisi Freya dan Airin, mereka di tatap oleh empat orang dari SMA Sila Satu. Tatapan yang mengarah ke seluruh badan 2 gadis ini.

"Mulus coy." cowok tersebut memegang pipi Freya dan mengarah sedikit demi sedikit ke arah leher.

"GAUSAH MEGANG-MEGANG BANGSAT!"

BUGH!

Dengan emosinya yang meluap, Freya menendang perut cowok brengsek tadi menggunakan satu kakinya. Tidak bisa menggunakan tangan untuk menonjoknya karena tangannya sedang ditahan oleh dua orang lainnya.

"BERANI LO YA!"

PLAK!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Freya oleh cowok yang ia tendang tadi. Panas dan perih langsung menjalar di pipi kiri Freya. Ah, seumur hidupnya ia tidak pernah sama sekali mendapat tamparan. Ini pertama kali baginya.

"Frey, ya ampun lo." Airin tidak bisa berkata-kata, ia sangat kasihan pada temannya ini. Mau memeluknya juga tidak bisa karena tangannya juga ditahan.

"Banci banget anjir main kasar sama cewek," Bintang dan Keenan datang. Empat orang tadi ingin kabur tetapi berhasil ditangkap oleh Bintang dan Keenan. Langsung disikat habis oleh mereka berdua.

"Mau main fisik tuh ke cowok aja, jangan pernah main fisik sama cewek. Anak sekolahan lo banci semua tau gak!" setelah mengatakan itu, Bintang menghempaskan lawannya ke tanah. Kemudian menghampiri Freya yang sedang menunduk sambil memegangi pipinya.

"Hey! Ayo ke Walini dulu biar gue obatin. Nanti baru gue anter lo pulang ya." Bintang merangkul Freya dengan pelan. Kemudian mengajaknya ke Walini menyusul Airin dan Keenan yang sudah jalan terlebih dahulu.

Di Walini, Freya didudukkan di kursi sementara Bintang mengambil air dingin untuk mengkompres dan salep untuk mengobati luka di ujung bibir Freya.

"Lo ada kuncir rambut?" Tanya Bintang saat ingin mengkompres pipi Freya, namun rambut menghalanginya.

Freya menyerahkan scrunchies yang ada di pergelangan tangannya kepada Bintang.

"Gue iket ya biar enggak ganggu rambutnya." Bintang meminta izin. Freya mengangguk mengiyakan.

"Maaf ya, gue izin kompres bentar." Bintang meminta izin karena takut Freya menyangka yang tidak-tidak. Dari pertama kali bertemu, Bintang sudah bisa menyimpulkan bahwa Freya adalah gadis yang mempunyai harga diri tinggi, yang sangat tidak suka disentuh oleh orang lain, apalagi orang yang belum dikenal. Maka dari itu ia meminta izin dahulu.

"Kenapa tadi bisa ditampar?" tanya Bintang basa-basi, agar tidak awkward seperti ini.

"Dia megang-megang gue. Terus gue tendang perutnya," jawab Freya singkat padat jelas.

"Apa yang dipegang?" tanya Bintang lagi.

"Pipi sama leher." Bintang mangut-mangut.

"Lo hebat, udah bisa ngelawan kalau ada yang ngelecehin lo," puji Bintang. Freya hanya mengangguk kecil.

Dari dulu, ia diajarkan oleh abangnya untuk melawan jika ada orang yang ingin macam-macam kepada kita. Sempat diajarkan seni bela diri yang dasar-dasarnya saja seperti menendang, menonjok, menangkis, dan yang lainnya. Juga, Freya diberi beberapa tips untuk melindungi diri dari dunia luar.

"Masih perih?" tanya Bintang setelah selesai mengkompres.

"Udah mendingan, makasih yaa." ucap Freya tulus.

Ia kaget ada cowok selembut Bintang. Setelah ia diperlakukan kasar oleh kaum lelaki, ia mendapatkan perlakuan lembut dari kaum yang sama, membuat Freya yakin bahwa semua cowok itu tidak sama.

Tetapi memang sebagian besarnya brengsek. Prasangka Freya kepada Bintang waktu itu salah besar, dia bukan cowok badboy yang seperti Freya kira, namun cowok badboy tetapi juga softboy. Ah, susah menjelaskannya, intinya Bintang itu baik.

"Kasih salep sedikit. Kalo perih bilang ya." Bintang mengoleskan salep perlahan-lahan ke ujung bibir Freya yang luka akibat tamparan yang keras tadi.

"Udah. Mau langsung pulang aja?" tawar Bintang. Freya mengangguk mengiyakan.

"Yaudah, tunggu sebentar ya, gue ambil helm sama kunci motor dulu."

Setelah mengambil dua barang itu, Bintang merangkul Freya dan membawanya ke luar Walini.

"Adooh, Bintang ternyata diem-diem deketin anak baru itu," komentar Daniel.

"Bintang mah diem-diem tancep gas."

"Tapi emang kalau diliat-liat cocok juga tau."

"Iya emang cocok banget ih, serasi, couple goals deh pasti," Airin ikut berkomentar.

"Akhirnya Bintang suka cewek juga, kirain gue dia belok selama ini," celutuk Emil asal.



TBC

J a r a k (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang