33. Ketenangan

82 3 0
                                        

"Rin jadi kan?"

"Jadi jadi, jam 8 ya?"

"Mau kemana kalian?" Tanya Qai curiga

"Hehe, kita mau ngelayat ade nya Bintang. Kita udah izin kok sampe jam 10. Trus tolong catet pelajaran yang jam ke 2 sama ke 3 ya.. ntar kita liat" jelas Freya cepat. Agar Qai dan Qiren tidak memotong omongannya

"Innalillahi, kapan meninggalnya?" Tanya Qiren.

"Kemaren malem"

"Ya ampuun, kasian banget"

"Curang kalian mau izin ga ngajak ngajak" gerutu Qai.

"Eh astagfirullah, ini izin ngelayat Qai bukan maen" ucap Airin.

"Tauu si Qai. Tapi traktir ya besok, kan udah liatin catetan" pinta Qiren.

"Dasaaar.. iya dah terserah"

Setelah bunyi bel pertama, mereka segera ke ruang kepala sekolah untuk meminta izin untuk pergi sekarang. Sebelumnya mereka sudah ngomong terlebih dahulu ke kepsek.

"Naik apa?" Tanya Airin.

"Grab aja, bentar gue pesen dulu"

Tak lama kemudian Grab nya dateng. Untung saja kali ini Grabnya berada di lokasi sangat dekat dengan sekolahan mereka, jadinya cepet.

"Ke RS Harapan ya pak"

10 menit kemudian mereka sampai di RS Harapan, tempat Langit menghembuskan nafas terakhirnya.

Di depan ruangan Langit sudah ada semua anggota Strakver. Mereka bolos seharian ini. Katanya tanggung kalau sampe jam 10.

Tetapi tidak untuk Freya dan Airin. Mereka tetap ingin sekolah dan tidak mau di hukum gara gara bolos. Orang tua mereka juga sama, ketat persoalan sekolah.

"Nan" Emil memanggil Keenan mengode bahwa ada Airin datang bersama Freya.

Sedangan Freya langsung menghampiri Bintang yang sedang bertopang dagu sambil menatap kosong kedepan.

"Hei" sapa Freya melepas keheningan. Lalu mengikuti Bintang untuk duduk di kursi.

"Gimana? Udah di.. kafanin?" Tanya Freya hati hati, takut menyinggung.

Bintang menggeleng. Freya tidak mengerti maksudnya apa. Tetapi ia memilih diam dan tidak lanjut bertanya.

"Yang kuat yaa, gue selalu ada nemen lo kok" ucap Freya sambil mengelus pundak Bintang pelan.

Bintang tidak menjawab apa apa, ia hanya memeluk Freya agar lebih tenang saja.

••

"Amiin"

Setelah selesai di kuburkan, satu persatu orang yang ikut melayat pada meninggalkan tempat ini. Tinggal tersisa Starkver, Airin dan Freya.

Freya tidak berani berucap. Bintang terlihat masih merenung disamping makam Langit.

"Udah yuk.. pulang dulu" Freya membujuk Bintang untuk pulang.

Tidak ada jawaban.

"Yaudah gue ke sekolah dulu ya, ntar pulang sekolah gue kerumah lo oke!" Ujar Freya.

Masih tak ada jawaban dari Bintang.

"Jangan sedih terus terusan ya, ikhlasin okey. Perlahan-laha pasti bisa kok" pesan Freya sebelum pergi kembali ke sekolahnya.

Freya memutuskan untuk ke sekolah sekarang, karena sudah hampir jam 10.

"Kalian gak sekolah kan? Temenin Bintang oke!" Pesan Freya. Lalu dengan cepat Freya menarik Airin untuk menjauh dari Strakver. Ia yakin jika tidak buru buru akan di tanyai macem macem.

J a r a k (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang