happy reading
.......................
Pagi ini hujan begitu deras menyelimuti kota, orang-orang yang sibuk hendak menjemput rutinitas pagi mereka sedikit berdecak kesal dengan keadaan yang ada.
Anak-anak berseragam merah-putih yang tak diantar orang tua mereka pergi ke sekolah, berlarian membelah hujan dengan bekal payung kecil dalam genggaman. Sepatu mereka basah, tas pun ikut basah.
Satu-dua pengendara sepeda motor mengalah pada cuaca, mencari bibir-bibir atap toko-toko tepi jalan untuk berteduh, merapatkan kendaraan, dan berdiri menunggu hujan sedikit mereda. Semua terlihat jelas dari sini, dari tempat Naya berdiri. Di lantai dua toko bunganya.
Seperti toko lainnya, toko bunga Naya juga sederhana, hanya berukuran enam kali empat meter, sesak dipenuhi bunga-bunga dan pot dengan berbagai ukuran. Toko ini berada dileret ketiga dari kiri jika lewat simpang besar arah taman kota, dan tepat di seberangnya ada warung kopi yang telah ada jauh sebelum toko bunga milik Naya ada.
Sepuluh menit berdiri tak juga terlihat tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti. Pagi yang kelabu, bisa dibilang seperti itu. Awan gelap yang berat karena mengandung air di atas langit sana seolah enggan untuk beranjak, biarlah, tak ada yang perlu diumpat.
Satu pengajaran penting yang didapat dari ibunya, bahwa hujan yang turun membasahi bumi membawa rahmat Tuhan disetiap tetesnya. Dan do'a dikala itu adalah do'a yang angin pun akan ikut serta untuk menyampaikannya pada Sang Penguasa Langit. Asalkan syaratnya terpenuhi, yakni sabar dan ikhlas menerima apa yang kelak akan terjadi.
Naya melipat kedua tangannya kebagian dada. Gaya ini sangat berfungsi untuk membuat tubuh sedikit terasa hangat disaat hujan sedang turun. Matanya tetap tajam menatap keluar jendela. Meski tidak seramai tadi, tetap saja masih ada orang yang berseliwiran di jalan-jalan.
Lihatlah, diseberang dekat warung kopi sana ada seorang ibu-ibu gendut yang memegang kantong plastik bewarna biru dengan tangan kirinya dan menggenggam payung plastik transparan ditangan kanannya. Kantong plastik biru itu sepertinya berisi bahan makanan, sepintas ada sayuran yang teramati oleh mata Naya berada di dalam kantong plastik itu. Si ibu masuk ke dalam warung kopi, entah apa yang dilakukannya di dalam sana, si ibu tak terlihat keluar lagi dari dalam warung itu.
Naya melepaskan kedua tangannya yang terlipat kedada untuk melihat jam yang melingkar ditangan kirinya. Sudah pukul delapan sekarang. Tidak ada lagi anak sekolahan memburu pagi dengan mengayun langkah-langkah besar mereka berharap bisa cepat sampai ke sekolah. Sebagiannya mungkin sudah sampai dan sebagian lainnya mungkin tak sekolah karena hujan atau karena tidak ada yang bisa mengantarkan mereka ke sekolah.
Cuaca masih kelabu, tak ada lampu jalan yang dimatikan, hal ini sengaja dilakukan untuk mengurangi risiko kecelakaan. Meski lampu jalan tak banyak membantu penerangan dalam berlalu-lintas, sebab kabut dan hujan yang lebat memecah pancaran cahaya lampu, tapi kebanyakan pengguna jalan merasa aman apabila mereka melihat lampu jalan tetap menyala. Itu sebabnya belasan lampu jalan yang berdiri kokoh di seberang toko Naya juga tidak dimatikan.
Sedikit menukar posisi berdirinya, Naya terlihat menarik napas panjang. Lalu menghembuskannya perlahan. Gadis yang pagi ini telah rapi dengan kemeja katun bermotif bunga-bunga kecil yang dipadukan dengan rok bahan bewarna hitam nampaknya sedikit tak tenang. Sudah jam delapan lewat dua puluh menit sekarang, namun dua orang karyawannya belum juga datang. Alasannya pasti karena hari hujan, Naya mencoba menerka-nerka situasi.
Setengah bagian hati Naya memaksa untuk memaklumi keadaan, tapi setengahnya lagi rasa ingin memaki mereka berdua. Setelah empat tahun bekerja dengannya, bagaimana mungkin mereka lupa dengan prinsip kerja yang telah jelas Naya paparkan? Tidak boleh terlambat, penampilan harus rapi dan menarik, ramah kepada pengunjung, dan beri tahu kalau tak bisa datang untuk bekerja. That's so simple, right?
KAMU SEDANG MEMBACA
ZuNaya
Humor[CERITA KE 1] Follow biar Teman bisa baca semua chapter 🤗 🔥kategori : baper stadium akhir🔥 Naya's scene : - Lo orangnya ribet ya Zu! Ngomong irit. Otak gue mesti kerja keras setiap lo ngomong. - Nggak usah sok baik. - Iya pak ustad, serah lo aja...