happy reading
.......................
Rasa cinta pasti ada dalam dada setiap manusia. Fitrahnya sudah begitu. Bukankah Allah Yang Maha Kasih dan Penuh Kasih yang menitipkannya? Jika Allah saja percaya bahwa manusia mampu mengemban amanah atas rasa itu dengan baik, maka kenapa manusianya malah mengabaikan rasa yang telah dititipkan itu?
Izzu hanya lelaki biasa, tumbuh dan besar sesuai dengan kodratnya. Maka pagi ini, setelah meyakinkan hatinya berkali-kali, setelah memohon pencerahan pada Dzat Yang Maha Tinggi setiap detik, Izzu mulai menyadari satu hal. Seribu persen malah, bahwa ia jatuh hati pada istrinya sendiri, Naya.
Wajar dong jatuh hati pada istri sendiri, kalau sama istri tetangga baru ribet urusannya.
Tapi bagi Izzu tentu saja berbeda, tidak seperti pasangan suami-istri pada umumnya, kehidupan rumah tangga Izzu dan Naya sangat istimewa. Dibangun di atas kesepakatan dan aturan. Naya hanya melakukan ikatan suci penuh kepalsuan, demi sang bunda. Dan Izzu menyetujui segala kepalsuan itu, meski hatinya berkata lain.
Izzu masih menyetir, tapi pikirannya melayang pada momen ketika ia dan Naya berdiri di depan kolam teratai rumah Naya. Hari pertama mereka mengetahui kalau mereka berdua akan dijodohkan.
Izzu memiliki dua alasan yang membuatnya bersedia dijodohkan dengan Naya. Satu, tentu saja karena permintaan sang bunda. Dan yang kedua..... yang sama sekali belum ia beritahukan pada Naya. Mungkin waktu itu Izzu masih ragu, atau masih tak yakin. Maka setelah beberapa hari menyandang status sebagai suami-nya Naya, Izzu akhirnya menyadari : sejak pertama melihat foto Naya, ia telah merasakan sebuah kehangatan yang berbeda. Berjumpa dengan Naya ditoko bunga, untuk pertama kalinya Izzu tak bisa menahan getar pada lututnya karena seorang wanita, mengetahui mereka akan dijodohkan, Izzu menyetujuinya begitu saja. Sepertinya Izzu memang telah memiliki rasa untuk Naya. Hanya saja, kerasionalannya memaksa lelaki berwajah teduh itu untuk selalu mengenyampingkan apa yang tengah ia rasa. Tapi dengan kemunculuan Ray, Izzu baru bisa mantap meyakini hatinya sendiri. Bahwa ia benar-benar mencintai istrinya.
Semalam, tangannya tergores kaca karena retakan gelas yang ia remuk sampai berderak. Nama Ray yang tertera pada layar telepon pintar Naya menjadi penyebabnya. Nampaknya si tampan cemburu.
Pagi ini, pikirannya kacau mendengar apa yang barusan Davin jelaskan. Kata-kata NaRaya yang menjadi pemicu hangus dijantungnya. Bukan nampaknya lagi, sudah pasti si tampan sedang cemburu.
Izzu memacu laju mobilnya menuju pesantren. Lelaki berwajah teduh itu beristighfar disepanjang perjalanan sambil mendengar murotal Surah Ar-Rahman. Ia sedang berjuang menjernihkan pikirannya.
...
Sesampainya dipesantren, Izzu masih punya waktu sepuluh menit berberes sebelum masuk kelas. Namun ia bergegas langsung menuju kelasnya, menunggu sambil berdiri di samping kelas sampai Usman selesai mengajar.
Ia tak mau mampir ke ruang guru, malas berhadapan dengan banyak ustad di sana. Sedang tak mood ditanya-tanya. Apalagi tersenyum ramah seperti biasanya.
Jatah mengajar Usman akhirnya sampai pada ujungnya. Ustad muda itu pun keluar ruangan. Ia hanya berjarak lima tahun di atas Izzu. Masih terlihat segar dan menyenangkan.
Mendapati Izzu sudah berdiri di depan kelas, ustad Usman sedikit kaget.
"Assalamu'alaikum, bang." Izzu memaksa lidahnya untuk menyapa Usman sambil memasang wajah datar.
"Wa'alaikumsalam, akhi." Usman tersenyum ramah, lalu menepuk bahu Izzu, "Antum bersemangat sekali pagi ini."
Izzu hanya mengangguk pelan tanda hormat. Sambil tetap melanjutkan langkahnya memasuki ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZuNaya
Humor[CERITA KE 1] Follow biar Teman bisa baca semua chapter 🤗 🔥kategori : baper stadium akhir🔥 Naya's scene : - Lo orangnya ribet ya Zu! Ngomong irit. Otak gue mesti kerja keras setiap lo ngomong. - Nggak usah sok baik. - Iya pak ustad, serah lo aja...