Keping 50 : Hukuman Naya

1.4K 157 26
                                    

happy reading

........................

Izza mengarahkan wajahnya pada Izzu yang berdiri di ambang pintu. Gadis berjilbab itu berusaha bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.

"Eh, udah dari tadi berdiri di situ bwank?" Izza menyapa Izzu dengan nada sangat akrab.

Izzu tak menjawab. Lelaki tampan itu melangkah masuk ke dalam kamar tanpa membaca salam. Menatap tajam pada Izza dan Naya. Benar-benar tatapan yang mengintimidasi.

Izza pucat. Perutnya mulas. Naya jangan ditanya, rasanya ia ingin memiliki kemampuan Elsa saat itu juga, membuat tembok es tebal agar Izzu tak bisa mendekat.

Tapi dua wanita itu tak bisa mengelak. Izzu menang banyak, mendapati ciwi-ciwi berghibah tentang dirinya di depan mata tanpa rekayasa, mudah bagi Izzu untuk menggelar pengadilan saat itu juga. Mana ghibahannya sangat-sangat nista dan rendahan lagi. Kecoak disangka kurma? Celana dalam anak perempuan pakai telinga? Apa-apaan itu. Mereka berdua seenaknya meruntuhkan karisma Izzu tanpa izin.

Izza memegang lututnya, duduk di pinggir ranjang sambil berkata pelan pada Naya, "Kak, Izza kayaknya bakalan direndang nih. Kakak lindungin ya? Please!"

Izzu semakin dekat.

"Kakak akan coba semampu kakak." Naya balik berbicara pada Izza.

"Rayu aja kak, bang Izzu itu nggak tahan kalau digoda." Izza menimpali.

Naya menggeleng.

"Kenapa kakak menggeleng?" Izza bertanya heran.

"Izzu lebih ahli kalau soal menggo..." Naya menahan kalimatnya karena ia melihat Izzu telah lebih dulu memegang pundak Izza.

Seperti yang Izza takutkan, Izzu menatap dirinya dengan tatapan dingin ala Hitler jaman now.

"Izza masih belum wisuda, Bang. Belum nikah, belum pernah nonton konser bities live, belum namatin seri Bumi-nya om Tere Liye, belum sempat ke Rinjani, belum bisa masak tempe bacem, belum pernah kirim surat cinta, belum bisa nari saman dengan gerakan yang benar, belum tuntasin level 35 Worms Zone... kasihani Izza, Bang." Izza berkata tanpa rem saat menyadari genggaman tangan Izzu semakin mengeras dibahu kanannya.

Izzu hanya diam, tapi bibirnya tersungging kejam. Seperti Joker yang hampir mendekati kemenangan.

"Bwaaaaank...." Izza merengek.

"Kamu takut?" Izzu akhirnya bersuara.

Izza mengangguk.

"Kamu tak usah takut. Abang baik ini akan menawarkan pilihan yang gampang untuk adik satu-satunya." Izzu menyeringai masam.

"Haaa?" Izza cengo. Diikuti Naya yang juga tercengang menatap si ustad.

"Izza maunya pakai lutut apa pakai jempol?" Izzu masih mengulur waktu, membiarkan Izza berpikir keras.

"Ma-maksud abang apaan? Abang mau nendang Izza?" Izza bertanya heran.

"Jangan aneh-aneh deh, Tad." Naya memotong.

Izzu seketika menatap Naya, "kamu belum diperkenankan bersuara. Kalau kamu sayang bibirmu, maka diam saja. Kalau kamu ikut campur, jangan salahkan aku jika sesuatu terjadi pada bibirmu."

Glup! Naya merinding seketika.

Lalu Izzu kembali mengalihkan pandangannya pada Izza, "pakai lutut, berarti kamu harus jalan jongkok keluar dari kamar ini. Dan pakai jempol berarti kamu harus jinjit keluar dari sini. Setelah tiba di luar, renungkan kesalahanmu. Beristighfar banyak-banyak dan berjanjilah pada diri sendiri untuk tidak lagi ember."

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang