happy reading
.........................
Sesuai dengan kesepakatan, Izzu akan membawa Naya tinggal bersamanya di rumah lama orang tua Izzu yang ada di Jakarta. Terpisah tidak terlalu jauh dari rumah Naya saat ini.
Karena Sandra berjanji akan menemani sang bunda setelah Naya menikah dengan Izzu, maka Naya memutuskan menyetujui untuk ikut bersama Izzu.
Keluarga Izzu yang lain sudah kembali ke Surabaya usai pernikahan tiga hari lalu. Sementara Izzu tinggal di rumah Naya sebelum benar-benar membopong Naya pindah rumah.
Mereka telah menjadi pasangan suami-istri tiga hari lamanya. Namun, selama Izzu di rumah Naya, Izzu selalu tidur di ruang tengah. Di sofa. Hal ini tentu saja membuat Sandra dan ibu Naya membatin aneh.
Ketika sang bunda bertanya mengapa tak masuk ke kamar Naya saja, belum sempat Izzu menjawab, Naya telah lebih dulu menimpali, "Izzu suka udara segar bu. Tidur diruang tengah membuat dia bangun pagi lebih segar, benarkan Zu?"
Izzu yang mendengar itu hanya bisa mengangguk, lalu berkata pada sang bunda dengan sopan, "Benar bu."
"Lagian dia butuh pikiran yang jernih, kan mau ngajar di pesantren lusa. Aku tak salahkan Zu?" Naya membombardir keadaan.
Izzu lagi-lagi mengangguk.
Dinar, ibu Naya hanya bisa menggeleng pelan, "Ya sudah jika memang seperti itu."
Saat sang bunda tak melihat kearah mereka, Naya menghadap Izzu sambil meletakkan telunjuknya di bibir, melotot, lalu bersuara rendah "Awas kalau lo bilang alasannya! Abis lo gue sikat."
Izzu yang sudah nyata-nyata diperlakukan serendah itu hanya bisa tersenyum melihat tingkah kekanak-kanakkan Naya dan membalas sopan, "Tidak akan."
Dan senyum Izzu barusan ternyata sukses membuat Naya merasa panas dibagian pipinya. Dara bermata jeli itu bingung sejenak. Namun cepat-cepat kembali bertingkah normal sebisa mungkin. Menampik apa yang barusan dirasakannya.
Hari ini Naya benar-benar akan pindah ke rumah Izzu. Tinggal berdua saja di sana. Mengatur hidup berumah tangga ala mereka. Setelah tiga hari lamanya menemani sang bunda pasca menikah.
Naya sudah menyiapkan keperluannya. Hanya dua koper berisi baju. Tak membawa barang-barang lain.
Sang bunda yang melihat itu bertanya heran, "Yakin cuman bawa baju aja? Nggak bawa peralatan lainnya?" Namun, belum sempat Naya menjawab, Izzu yang berdiri di samping Naya menjelaskan, "Dia hanya perlu membawa dirinya saja, bu. InsyaAllah perlengkapan lainnya sudah ada di rumah sana. Ibu tak perlu khawatir."
"Kalau begitu... ibu lega mendengarnya Zu." Dinar menanggapi dengan tatapan hangat.
"Naya pamit ya bu, baik-baik di rumah. Kabari Naya terus." Naya memeluk sang bunda sambil menitikkan air mata.
Sang bunda balik memeluk anaknya, ia juga ikut menangis, tapi tentu saja tangis haru nan bahagia.
Usai melepaskan dekapan antara dia dan sang bunda, Naya menatap Sandra dengan tatapan penuh harap, "Jaga ibu baek-baek ya San. Kabari aku semuanya. Aku akan sering berkunjung."
"Iya kak. Pasti." Sandra mengangguk mantap.
Setelah mendengar jawaban Sandra, Naya berjalan mendekatkan diri kearah Izzu, menuju mobil tua yang sudah terparkir di depan mereka.
Izzu tak tinggal diam, cekatan, ia mendekati Naya sambil bertanya sopan, "Bolehkah kopernya aku saja yang bawa?"
"Nggak perlu, nggak berat kok." Naya merespon dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZuNaya
Humor[CERITA KE 1] Follow biar Teman bisa baca semua chapter 🤗 🔥kategori : baper stadium akhir🔥 Naya's scene : - Lo orangnya ribet ya Zu! Ngomong irit. Otak gue mesti kerja keras setiap lo ngomong. - Nggak usah sok baik. - Iya pak ustad, serah lo aja...