Keping 52 : Antar Lelaki

1.2K 144 20
                                    

ralat: ternyata aku mencintai pembacaku, melebihi cinta Izzu pada Naya-nya

happy reading

........................

Suasana di ruang tengah itu seketika berubah menjadi beku. Kehadiran Ray sudah seperti Jadis yang menjadi musuh bebuyutan Aslan di Narnia, membawa gelombang es berton-ton.

Naya, Izzu, Sandra dan Davin sama-sama mematung.

Hanya Izza yang berdiri menyambut Ray. Gadis polos tak tahu mana jantan mana betina dalam koloni semut itu datang dengan wajah paling ramah yang ia punya, mendekati Ray dan menyapa, "Abang kenalannya kak Naya?"

Ray mengangguk patah-patah. Senyumnya kaku untuk Izza.

Usai menyapa ramah tamunya itu, mata Izza tak lagi menatap Ray. Maniknya turun pada empat kantung kresek besar berisi makanan yang ada ditangan Ray, "itu buat kak Naya, Bang?"

"Buat semua yang ada di sini." Ray menjawab datar.

"Oh." Izza terlonjak bahagia, berarti jatahnya juga ada. "Sini biar Izza yang bawa, Bang." Izza menawarkan diri menyalin kantung kresek itu dari tangan Ray ke tangannya.

"Makasih, Izza." Ray menjawab pelan. Terdiam sejenak, Ray seolah tersengat setelah menyebut nama gadis itu. Tanpa perlu ditahan, saat menyalin kantung kresek yang kedua Ray bertanya, "namamu Izza?"

"Iya, namaku Izza, Bang. Tapi kalau abang mau manggil aku bidadari surga boleh, calon istrinya V bities boleh, mahasiswi terancam cumlaude juga boleh. Dimana abang senanglah, asal jangan panggil aku nenek gayung. Aku belum nenek-nenek, Bang. Dan aku nggak bawa gayung kemana-mana." Izza menjawab santai sambil membawa empat kantung kresek yang sudah berpindah ke tangannya. Meninggalkan Ray yang masih berdiri.

Ray bergumam dalam hatinya, 'Izza... Izza... Izzu... Izza... Izzu... jangan bilang kalau Izza Izzu ini dari pabrik yang sama? DUH! Mati gue.'

Izza kembali berkumpul dengan empat kakaknya, duduk di tengah sambil membongkar kantong kresek yang Ray bawa. Tak peduli bahwa keempat kakaknya itu kini tengah menatap Ray tanpa kedip.

Ray balik menatap bingung empat orang yang kini juga tengah menatapnya itu.

Seumpamanya adegan Ray saat ini diambil menjadi potongan dalam film laga, maka kini Ray sedang berada di sarang mafia besar. Dan semakin bertambah mengerihkan mengetahui bahwa grup mafia itu bergerak dalam penyelundupan jual-beli mantan online. Sialnya lagi, dengan penuh nyali Ray malah berbicara pada seorang gadis cantik yang tak lain dan tak bukan adalah adik kandung dari ketua mafia itu, yang istri sang ketua kini adalah mantan pacar dirinya dulu. Ray cari mati, menggali kuburnya sendiri, benar-benar mandiri.

Lama dalam momen tak jelas, akhirnya suara Izzu memecah keheningan, "jika kau datang untuk berbelasungkawa, maka duduklah. Tapi jika tidak, kurasa kau tahu dimana letak pintu keluar."

Mendengar kata-kata Izzu barusan, Davin dan Sandra sontag terkejut. Semakin terkesima pada Gus baru mereka yang berhati lapang itu.

"Tapi Zu..." Naya berbisik pada Izzu, tak mau melihat wajah Ray.

"Aku didekatmu. Semoga Allah melindungi kita." Izzu balas berbisik, menenangkan hati Naya.

Patah-patah, Ray mengangkat kakinya, berjalan mendekat dan duduk di samping Izzu, "aku memang datang untuk berbelasungkawa. Hanya itu."

Davin menyela kata-kata Ray, "awas kalau buat rusuh ya, Bang."

Sandra ikut membantu sahabat toyornya, "kak Naya sedang dalam kondisi tak baik-baik saja, Bang. Sadar diri sedikit."

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang