Keping 57.5 : (Bonus) Setelah Jadi... Lalu Apa?

1.3K 166 34
                                    

part ini dibuat dengan dosis bucin berlipat ganda, jadi mohon bijak dalam merasakannya, karena jika teman-teman baper, susah cari penawarnya.

terima kasih selalu setia berkunjung

mari dukung tulisan ini sepenuh hati

I LOVE MY 'UWU' READER

selamat bermalam minggu

happy reading

........................

Di malam menjelang pagi ini, baik Izzu maupun Naya, keduanya sama bahagianya. Mereka akan segera memasuki level baru dalam fase kehidupan rumah tangga mereka. Mungkin akan membawa ketentraman, mungkin juga tidak. Entahlah, kepastian memang bukan milik manusia. Yang penting jalani saja semuanya dengan penuh rasa syukur, sisanya biar Penguasa Langit yang atur.

Masih di depan pintu, dua orang itu baru saja selesai mencurahkan rasa. Izzu memeluk erat pinggang istrinya, sementara Naya merangkul erat tengkuk suaminya. Wajah mereka telah berjarak, tapi hati mereka rasa-rasanya tak ingin berpisah. Namun apa boleh buat, mereka tetap harus mengambil jarak. Terlalu lama bergencetan di depan pintu dengan keadaan pintu yang terbuka juga tidak sehat untuk mata kunti yang lagi ngeronda. Apa lagi kalau sang kunti masih single. Bisa-bisa dapat kutukan mereka berdua.

"Tad...." Naya bersuara serak, menatap Izzu tanpa kedip.

"Aku juga mencintaimu, Nay." Izzu membalas cepat.

Naya tersenyum, padahal ia belum berkata apa pun, tapi suami bucinnya sudah lebih dulu berkata yang tidak-tidak. Naya melepas tangannya dari tengkuk Izzu, lalu mencubit pelan pinggang si tampan, "belum juga ngomong."

"Kalau begitu bicaralah sekarang, aku akan dengar." Izzu menimpali.

"Tutup pintu itu!" Naya memainkan jari telunjuknya, "abis itu tidur lagi, bentar lagi pagi."

Izzu manyun lima senti, "kirain mau nyambung romantisannya."

"Nyambung... nyambung..." Naya mendumel, "noh sambung sama tembok."

Izzu tertawa. Tapi patuh, si tampan berjalan ke arah pintu dan mengunci pintu mereka. Lalu kembali lagi ke dekat Naya yang masih berdiri menunggu, mengulurkan tangannya sambil berkata pelan, "mari saya antar Permaisuri ke lantai atas."

Naya berdecak pelan, menatap Izzu sambil tersenyum. "Nggak mau!"

Izzu heran. Padahal Naya tadi sangat berlaku manis. Lima detik berlalu sudah berubah saja. Benar-benar tak terprediksi, "ya sudah, kalau begitu silahkan kamu jalan duluan, aku jaga dari belakang."

"Nggak mau!" Naya mengulangi kata-kata yang sama.

"Terus?" Izzu menatap Naya dengan wajah penuh tanda tanya, "kamu maunya apa? Aku yang jalan duluan?"

Naya menggeleng, lalu mendekat pada Izzu yang ada di depannya, berkata manja,  "gendong. Gue maunya digendong. Naik ke lantai atas. Nggak boleh ngos-ngosan."

Glup! Izzu menelan ludah pahitnya. Hidup bersama Naya memang benar-benar penuh kejutan.

"Yakin?" Izzu bertanya memastikan.

"Yakin dong." Naya menjawab tak kalah pasti.

Lalu Izzu mengulurkan dua tangannya untuk mengangkat Naya, hendak membawa Naya di dadanya. Tapi Naya segera menjauh dan membelalak.

"Kenapa? Tapi tadi katanya gendong." Izzu bertanya sambil menautkan dua alisnya.

"Belakang, Tad. Bukan gendong depan." Naya membela diri.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang