Keping 54 : Malam yang Panjang

1.6K 159 28
                                    

jika ingin berteriak, maka berteriaklah saat baca chap ini sekeras yang kamu bisa agar hatimu merasa lega.

terus jangan lupa, bawa teman lainnya untuk berteriak bersama.

happy reading

........................

-Review-

"Malam ini... kalau gue tidur sambil meluk lo sampai pagi... boleh nggak, Tad?"

DEG! Seketika langkah Izzu terhenti. Tiba-tiba saja tubuhnya kaku.

"Tad... lo kenapa?" Naya bertanya polos. Mendekatkan jaraknya pada Izzu.

Izzu masih mematung. Tak merespon tanya Naya.

"Tad?" Naya mengulangi tanyanya.

Dan Izzu.........

-Markijut!!!-

Dan Izzu langsung terduduk dari berdirinya, selonjoran di lantai. Merentangkan kaki panjangnya, memegang lutut sambil menunduk lemas. Tak berani melihat Naya. Mimisan, kejang-kejang, bahkan pingsan sekali pun rasanya tidak ada arti bagi Izzu dalam momen seperti ini.

Naya tertawa. Tentu saja dia tertawa. Bagaimana bisa si dara menahan tawa jika matanya melihat sendiri karisma dan wibawa sang ustad menguap ke langit-langit?

Izzu ambruk ke lantai seketika tak lama setelah mematung, persis seperti bocah yang tak dikabulkan keinginannya untuk beli mainan baru. Untung Izzu tak menggosok-gosokkan tumitnya ke lantai, kalau iya, maka lengkap sudah... si ustad berubah menjadi bocil rajukan.

Naya merendahkan tubuhnya, ikut duduk di samping Izzu, bertanya heran, "Tuan Izzu aman?"

Izzu menggeleng pelan.

"Bagian mananya yang tak aman?" Naya bermain-main dalam ketidakberdayaan suaminya.

Izzu mengangkat tangan kanannya, lalu meletakkannya di dada sebelah kiri, tepat di bagian jantung.

"Cenat-cenut, Tad?" Naya bertanya lagi.

Izzu mengangguk.

"Nyut-nyutan? Deg-degan?" Naya menahan senyumnya, "boleh dengar?"

Mendengar ucapan Naya barusan, Izzu menggeleng cepat, seolah ingin membuat kepala dan lehernya terpisah. Melindungi bagian dadanya dengan dua lengan, menutup rapat. Bertingkah seperti gadis yang tengah melindungi kehormatannya dari pria jahat.

Naya benar-benar tertawa, merasa terhibur melihat tingkah ustadnya, "kalau aja santri lo tau kelakuan lo yang kayak gini, pasti idup damai lo berakhir, Tad. Bakalan masuk nominasi Top Five Ustad Out Of The Box."

Izzu memalingkan wajahnya pada Naya yang masih tertawa, bertanya malu, "puas ketawanya?"

Naya menggeleng, "belom..." lalu meletakkan jemari halusnya dibahu Izzu dan bertanya usil, "ada yang lebih lucu lagi nggak, Tad? Gue mau lihat, keluarin semua jurus lo."

Izzu tak menjawab, ia mencoba menahan senyumnya. Merasa bangga bisa membuat Naya tertawa dalam suasana dukanya. Izinkan aku jadi orang pertama yang akan menghapus lukamu, sepertinya Izzu sedang on going dalam misinya itu. Dan sejauh ini... berhasil.

Apa yang tadinya dirahasiakannya bersama Ray, biarlah menjadi rahasia dulu. Memperbaiki suasana hati Naya jauh lebih penting sekarang. Akhirnya Izzu menemukan pilihan yang tepat untuk kasus foto bocah lelaki yang kini ada di dalam saku celananya, membiarkannya saja dulu. Selalu ada waktu yang tepat untuk membicarakannya.

Izzu mengambil dengan lembut jemari Naya yang nangkring dibahunya, menggenggamnya hangat lalu berkata jantan, "ayo berdiri, kekuatanku sudah kembali seutuhnya. Kita masuk kamar lagi."

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang