Keping 34 : Jangan Lagi Salah Paham

1.2K 162 17
                                    

Merdeka!!!

happy reading

.......................

ssssst, jangan greget sendirian ya, bagi2 ama yg laen ^_^


Tepat seperti apa yang diperkirakan Izzu, Naya memang benar-benar kembali ke rumah sang bunda. Satu-satunya tempat yang ia punya, yang selalu disebutnya 'sumber kebahagiaan'.

Dengan menggunakan taxi online, Naya dihantar langsung ke depan pintu gerbang rumah sederhana milik orang tuanya.

Tanpa ragu, setelah turun dari mobil, dara bermata jeli itu berlari masuk ke dalam rumah. Memanggil-manggil sang bunda sekeras yang ia bisa.

Tentu saja, Dinar yang sedang berada di ruang belakang dekat kolam teratai sangat terkejut dengan teriakan itu. Cepat, ia berlari ke ruang depan.

"Kenapa Nay? Ada apa teriak-teriak haaa? Dinar yang melihat Naya ada di depannya seketika bertanya panik.

Naya tak menjawab, ia langsung berlari kearah sang bunda dan memeluk erat wanita tersayangnya itu.

"Kamu kok aneh? Apa yang terjadi nak?" Dalam pelukan Naya, Dinar bertanya heran.

Naya masih tak menjawab.

"Hari ini anak ibu pakai jilbab ya. Cantik." Dinar berusaha mencari kata agar Naya mau bersuara.

Tapi dara itu tetap diam dan menambah erat dekapannya pada sang bunda.

Maka Dinar tak punya pilihan, ia membiarkan putrinya seperti itu selama yang sang putri mau.

Setelah berlalu beberapa menit, akhirnya Naya melepas rangkulannya dari sang bunda, menatap ibunya dengan wajah merah dan mata berlinangan, lalu berkata lirih, "Maafkan Naya bu."

"Kamu kenapa nak?" Dinar mulai sedikit tak tenang, nampaknya Naya tidak dalam masalah yang gampang saat ini.

"Maafkan Naya ya bu." Naya hanya mampu mengulangi kalimat yang sama.

"Maaf kenapa? Ada apa?" Dinar bertanya penuh rasa tak karuan, "Cerita sama ibu, ada apa sebenarnya nak?"

"Selama ini Naya bohong sama ibu. Pernikahan Naya dan Izzu, kami tak seperti suami istri yang ibu sangka. Kami... kami...." Naya sulit menyambung kata-katanya.

Mendengar penjelasan singkat yang belum tuntas itu, Dinar mulai mengerti kemana arah pembicaraan mereka. Tentu saja perempuan paruh baya itu terkejut. Sangat terkejut malah, tapi demi bisa mengetahui situasinya secara utuh, ia harus menyembunyikan rasa terkejutnya dalam-dalam. "Maksud mu apa Nay?"

Naya menatap sang bunda penuh penyesalan, "Ibu kan tahu kalau Naya tak mau menikah sama Izzu. Tapi ibu bilang ibu sudah tak bisa menjamin hari-hari ibu lagi, ibu bahagia kalau Naya nikah sama Izzu." Dara itu menjelaskan sambil terisak, "Naya melakukannya demi ibu."

"Ibu tahu itu. Lalu kenapa jika kau melakukannya demi ibu?" Dinar bertanya tak sabaran.

"Naya pikir semua baik-baik saja bu. Dalam bohong, Naya pikir semua baik-baik saja." Naya menyeka air yang jatuh ke pipinya, "Naya tak tahu akan jadi seperti ini."

"Jadi seperti ini maksud mu apa nak?" Dinar terus menggali.

"Naya sepertinya menyukai Izzu bu. Padahal Naya berjanji, pernikahan kami hanya untuk membuat janji ibu dan uminya Izzu terlaksana. Tidak melibatkan perasaan sedikit pun. Tapi semakin lama bersama Izzu, Naya semakin menyukainya bu."

"Ya bagus lah, kamu tak perlu bohong lagi kalau begitu. Kalian tinggal saling belajar membuka hati. Ibu tak akan marah kalau kalian setelah tahu bahwa kebohongan kalian itu salah, kalian mau memperbaikinya." Dinar menyambut baik keluhan anak cantiknya itu.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang