Keping 25 : Udah Sold Out

1.4K 168 22
                                    

happy reading

........................

Naya menghembuskan napas beratnya, sambil menyeka keringat yang muncul di dahinya dengan lengan baju, Naya mencoba untuk tetap fokus menyiapkan sarapan setelah beberapa menit lalu Sandra menutup teleponnya.

Pagi ini Naya membuat nasi goreng urakan, seperti namanya, tampilannya benar-benar urakan. Warna hitam dan merah berebut mencari posisi nomor satu. Dengan sebagian nasi yang masih memutih tak tergelimangi bumbu. Ditambah telor ceplok sang dara yang hampir mirip reruntuhan pasca gempa, kuning dan putih telornya bercerai tak tersatukan, lengket dibagian tepi.

Naya tak malu sama sekali meletakkan hidangan itu di atas meja makan, ia hanya bergumam dalam hatinya dengan nada sombong, siapa suruh paksa aing buat nikah, salah sendiri.

Izzu tak bersiap-siap seperti pagi sebelumnya, lelaki berwajah teduh itu tak ada jam mengajar hari ini di pesantren, sangat kebetulan sekali karena Izzu juga sedang ada memar di bagian pipi, jadi ini akan menjadi hari sempurnanya istirahat di rumah. Izzu segera menuju ruang makan, menghampiri Naya.

Namun saat Izzu menatap hidangan yang Naya sajikan di atas meja, lelaki tampan itu sedikit memelintir matanya, bertanya heran pada sang dara yang masih sibuk membawa beberapa gelas dan teko air, "Apa ini Nay?"

Naya menatap Izzu yang bertanya seolah meremehkan kemampuan masaknya dengan tatapan tajam, lalu menjawab dingin, "Itu namanya 'perasaan lo saat liat gebetan lo jalan ama sahabat lo sendiri'."

Izzu tak paham maksud dari ucapan Naya barusan, lelaki itu kembali bertanya polos, "Maksudku makanan yang ada di meja ini Nay."

"Iya makanan yang ada di meja itu tad." Naya membelalak, "Lo mau bilang kalau masakan gue ancur kan? Urakan? Makanya gue bilang itu kayak perasaan yang lagi liat gebetan jalan mesra ama sahabat sendiri, ancur tad. Ancur."

"Aku tak bilang masakanmu hancur, Nay." Izzu menimpali jujur.

"Tidak bukan berarti belom tad. Ngaku aja, lo mau bilang ni nasi goreng ancurkan?" Naya mendekati Izzu, "Gue terima kok, bilang sekarang Zu, bilang!"

"Kadang bentuk tak menjamin rasa, Nay." Izzu menjawab singkat.

Tiba-tiba setelah jawaban Izzu itu mendarat di gendang telinga Naya, dara bermata jeli itu mundur beberapa langkah, menyembunyikan wajah malunya, Izzu tak langsung mencerca masakannya, itu sudah cukup membuat Naya merasa lebih baik dari sebelumnya.

Selang beberapa menit, Izza yang telah berpakaian sangat cantik dan anggun turun dari lantai atas, menuju ruang makan. Gadis yang sangat mirip dengan Izzu itu, saat ini tengah mengenakan gaun biru langit dengan setelan jilbab panjang berwarna senada. Terlihat benar-benar anggun.

"Wah, Izza cantik sekali." Puji Naya dari balik meja makan yang menatap gadis itu datang mendekat.

"First impression itu selalu penting kak. Jadi, untuk membangun image positive terhadap diri kita agar orang lain nggak berpersepsi salah tentang kita, penampilan kudu diperhatikan, Kak." Izza menjawab sambil mencomot beberapa teori perkuliahannya.

Naya yang mendengar jawaban gadis itu hanya bisa nyengir datar, bergumam pada dirinya sendiri, nggak abang nggak adek, hobinya bukak kelas dimana-mana!

Tapi, saat mata Izza menatap apa yang kini terpampang di atas meja, gadis itu langsung membelalak ngerih, "OH MY GOD! KAK NAY! APA INI DI ATAS MEJA?"

"Responnya, bisa biasa aja nggak Za?" Izzu mencoba memperlihatkan dipihak mana dia berdiri.

"Ups... sorry bang, Izza hanya terkejoet!" Izza membalas asal ucapan kakaknya.

"Izza..." Tiba-tiba suara Mirna terdengar memanggil sang bungsu dari arah ruang depan, "Ayo cepat, kita pergi sekarang! Nanti kita ketinggalan acaranya."

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang