Keping 29 : Sapu Tangan Berharga

1.3K 165 26
                                    

happy reading

........................

Mengetahui Izzu bertanya dengan wajah penuh harap, Sandra langsung menatap Davin tanpa suara. Sementara Davin menatap Naya dengan tatapan tertangkap basah, sedangkan Naya cengo tak bisa jawab apa-apa.

"Kamu pernah kenal ustad sebelumnya Nay? Siapa?" Izzu benar-benar tak bisa berdamai dengan rasa penasarannya. Perasaan bahagianya setelah mendengar teriakan Naya sebelum ke mesjid tadi seolah hilang terbawa angin.

Melihat Naya masih diam, Sandra menghela napas panjang, membuka mulutnya, menjawab tanya Izzu, "Ustad gue maksud kak Nay itu adalah baaa...."

Mendengar Sandra akan mengatakan sesuatu, sebelum terlambat, Naya yang berdiri tepat disamping Sandra membekap erat mulut karyawannya itu. Tertahan sudah kalimat gadis berambut segi itu diantara ujung lidah dan telapak tangan Naya.

Tapi Davin masih ada. Melihat Sandra memainkan matanya kearah Davin, lelaki berhidung bangir itu langsung paham apa yang rekannya maksudkan. Tanpa aba-aba, si ember berbicara cepat sambil menatap Izzu, "Kak Naya itu punya ustad idola bang. Ganteng dan sangat baik. Kak Nay pernah bilang ama aku dan Sandra kalau dia takut seandainya dia suka sama tu ustad, kan bisa bahaya urusannya bang, bisa-bisa kak Nay malu kalau ternyata tu ustad kagak suka ama dia."

Jloooos sudah jantung Naya. Davin membuat suasana bertambah keruh.

Kini, dahi si ustad tampan berlipat berlapis-lapis. Menatap bingung pada Naya.

Naya patah-patah melepaskan bekapannya dari wajah Sandra. Lalu menuju Izzu. Berusaha untuk menjelaskan sesuatu. Tapi bibirnya terlalu kaku.

Tapi Sandra segera mengejar Davin dan memukul kepala belakang lelaki berhidung bangir itu, "Nggak bisa mulut kau itu bilang sesuatu yang tak menambah keruh suasanan haaa?"

Davin tak langsung marah dengan perlakuan Sandra padanya, kali ini ia memilih untuk tak membalas pukulan gadis berambut segi itu, melainkan malah mendekati Sandra sambil berbisik pelan, "Ini cara terbaik buat tau perasaan bang Izzu ke boss kita, cuk."

Sandra yang mendengar itu tak langsung percaya, bukankah ia sangat hapal dengan ide absurdnya Davin? Gadis berambut segi itu balas berbisik, "Yakin cara mu akan buat mereka baik-baik saja cuk?"

Davin mengangkat kedua tangannya setinggi bahu sambil memandang remeh Sandra, "Sejak kapan ide guru besar Davin gagal haaa?"

"Guru besar... preeeeeeet!" Sandra melengos dari Davin, mengarahkan pandangannya pada Izzu dan Naya.

Naya masih bingung menyusun kata-kata. Menunduk sambil menghadapkan tubuhnya ke Izzu.

Tapi tanpa disangka-sangka, Izzu malah berkata lembut pada istrinya yang kini sedang memasang wajah tersangka, "Siapa pun ustad itu, aku harap suatu saat aku bisa menggantikan posisinya, Nay."

Naya mengangkat wajahnya setelah mendengar kata-kata Izzu barusan, bertambah-tambah cengo.

"Ku pikir saingan ku hanya Ray. Ternyata masih ada satu lagi." Izzu melanjutkan kalimatnya tanpa berpikir panjang.

Naya masih diam tak bersuara.

"Ya sudah, ini tak perlu jadi masalah kan?" Izzu mengangkat tangannya, hendak menyentuh dagu istri nyablak yang sedang berdiri tepat di depannya, tapi tak jadi. Ia sadar diri, tak seharusnya se-gercep itu. Sedikit malu, Izzu menarik turun tangannya.

Dengan wajah tampan bin segar, maklum abis ambil wudhu, Izzu mencoba meyakinkan tiga penjual bunga itu kalau ia tak lagi begitu mempermasalahkan kata-kata 'ustad gue' yang barusan menjadi ujung tombak keheningan di tenda.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang