Keping 46 : True Feeling

1.4K 160 26
                                    

happy reading

........................

Sarapan di meja makan itu kini lebih membahagiakan dari pada pagi-pagi sebelumnya. Bagaimana tidak? Dua sejoli itu telah saling mengetahui perasaan masing-masing. Apalagi yang perlu dikhawatirkan? Bahkan Izzu dengan sangat terang-terangan memanggil Naya dengan sapaan sayang.

Mereka makan dengan tenang. Maklum, Izzu tak suka siapa pun yang makan dengannya berbicara sambil mengunyah makanan. Dan hebatnya, Naya sudah mulai terbiasa dengan keadaan makan tenang.

Padahal kalau dengan ibunya di rumah, si gadis sampai muncrat-muncrat karena asyik bercerita sambil makan. Tapi dengan Izzu, Naya perlahan berubah, tentu saja menjadi yang lebih baik.

Selepas sarapan, Naya mengambil alih membersihkan dapur dan meja makan.

"Naik, Tad. Berberes ke pesantren aja. Biar ini gue yang bersihin." Naya berbicara sambil membawa piring kotor ke tempat cuci piring.

"Yakin nggak mau dibantu?" Izzu menawarkan diri.

"Kalau lo yang masak, lo juga yang cuci piring, terus gue ngapain?" Naya bertanya sambil memisahkan letak sendok dan piring.

"Liatin aku." Izzu menjawab jujur.

"Ogah!" Naya mencibir.

Izzu tertawa pelan. Lalu melakukan apa yang Naya pinta, naik ke atas dan berberes diri untuk berangkat kerja.

Pagi ini, usai mencuci piring Naya juga akan pergi ke toko bunga. Jadi, saat Izzu bersiap-siap di kamarnya. Dara bermata jeli itu juga bersiap-siap di kamarnya.

Pukul delapan pagi keduanya serentak keluar kamar. Dengan pakaian yang rapi. Tapi saat Izzu menatap Naya, entah mengapa lelaki tampan itu tak bisa memalingkan perhatiannya. Naya keluar menggunakan baju terusan panjang yang berbentuk A bermotif bunga dengan jilbab lebar melilit hampir setengah bagian tubuhnya. Benar-benar utuh menutupi.

Naya yang mengetahui Izzu begitu tak berkedip menatapnya langsung berkata tanpa ragu, "ngapain liatin gue gitu kali, Tad? Cantik ya?"

Izzu tak menjawab. Tapi langkahnya pasti menyusul Naya.

Saat sampai di dekat sang dara, Izzu mengembangkan tangan kanannya, meminta Naya untuk menyahut rentangan tangan itu. "Ayo kita berangkat bersama, Nay."

"Ya iyalah, masak gue udah pakai baju kayak gini terus angin-anginan di atas motor. Ngembang dong semua terbang-terbang. Ntar kalah lagi Karena Kapoor ama gue." Naya menjawab santai tapi mengabaikan tangan Izzu yang telah terkembang untuknya, "gue bisa jalan sendiri, Tad."

Izzu menarik kembali tangannya, mengepal erat lalu mengikuti Naya dari belakang.

Sesampainya di depan mobil butut Izzu, Naya terkejut karena di kursi belakang masih ada panda raksasa yang nangkring. "Ya Allah Zu.... lo biarin tu panda tidur di dalam mobil semalaman?"

Izzu hanya nyengir, lalu menjawab singkat, "tanpamu, aku tak bisa mengeluarkannya."

"Hahahaha." Naya tertawa, "ada-ada aja si ustad."

"Serius Nay." Izzu menimpali, "Kalau kutarik paksa, pasti badan dan kepalanya misah."

Naya manggut-manggut sambil menahan tawa.

"Kamu mau bantu aku mengeluarkannya sekarang?" Izzu meminta bantuan sang istri.

"Nggak." Naya menolak, "bawa aja ke pesantren. Ntar malam baru gue bantu ngeluarinnya, itu pun kalo ingat."

"Nay... tolonglah, bagaimana mungkin aku bawa boneka itu ke pesantren?" Izzu memohon kemurahan hati Naya.

"Lo cinta gue, Tad?" Naya mengalihkan perhatian Izzu.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang