Keping 31 : Bucin Mah Gitu

1.4K 167 17
                                    

happy reading

........................

Mereka sampai di halaman rumah 'mereka' sekitar empat puluh menit perjalanan. Dan selama empat puluh menit itu tidak ada yang mau memulai untuk membuka percakapan baru setelah keduanya memutuskan mengunci bibir masing-masing.

Turun dari mobil butut Izzu, Naya membanting pintu dengan keras. Membelakangi Izzu sambil berjalan cemberut.

Tentu saja perlakuan si dara cantik membuat Izzu sangat terkejut. Tiba-tiba berubah, wanita selalu sulit untuk dimengerti. Dan malangnya, Izzu tak punya pengalaman apa pun mengenai perubahan suasana hati wanita yang tiba-tiba. Jadi, si ustad tampan tak punya jalan lain selain membiarkan Naya seperti itu.

Mereka masuk kamar masing-masing. Bahkan saat memasuki kamarnya pun, Naya membanting daun pintu kamarnya dengan sangat keras. Benar-benar keras, seolah ingin memisahkan antara daun pintu dan dinding kamar.

Kalaulah saja aksi Naya dilakukan dikamar indekos, bisa-bisa ibu kos langsung mengusir Naya saat itu juga, karena pintu kamarnya terancam terdzalimi. Untung saja Naya saat ini tak bersama ibu kos, melainkan bersama seorang pria tampan yang sangat sabar.

Saat memasuki kamar, Naya langsung menghempaskan tubuh lelahnya ke atas ranjang. Sambil berteriak kencang, "Menyebalkaaaaaaaaaaaaan!"

Naya mengambil gulingnya, duduk, lalu memukul-mukul guling itu sekuat yang dia bisa. Sambil berbicara pada diri sendiri, patah hati lo Nay? Kan elo yang salah, kenapa harus pake rasa tu liat si ustad sok ketampanan. Cowok itu nggak ada yang bener Nay, semuanya bisanya cuman nyakitin lo doang. Ray, Izzu, dua-duanya.... buang jauh-jauh dari hidup lo.

Naya merasa tak puas, lalu ia berdiri dan menuju lemari kaca yang berdiri diutara dari ranjangnya. Menatap wajahnya lamat-lamat dalam kaca yang memantulkan dirinya itu. Sekilas, masih terlihat rona merah pada hidung dan pipi Naya, sisa-sisa tangisan yang bisa menjadi bukti betapa sedihnya hati sang dara.

Lalu, Naya seolah-olah mendengar sosoknya yang ada dalam cermin berbicara padanya dengan sedikit kewarasan.

Izzu itu beda dari Ray, Nay. Dia lelaki yang nggak pernah mau disentuh kalau nggak ada ikatan yang sah.

Izzu itu orang pertama yang berani buat lo ngerasa jleb dan sadar bahwa lo tu salah.

Izzu selalu sabar ngadapin lo dan mati-matian lindungin lo saat Ray udah kelewat batas, Nay.

Bukankah Izzu yang lebih banyak memperlakukan lo dengan baik ketimbang lo ke Izzu? Kurang sabar apa juga dia lagi Nay?

Susah dapatin laki-laki sholeh seperti itu jaman sekarang Nay, baginya Tuhannya diatas segala.

Coba buka mata lo, kalau perlu keluarin otak lo, gua tanya ama lo Nay, lo ikhlas kalau Izzu beneran pergi ama cewek lain? Hidup bahagia dan nggak pernah lagi jumpa ama lo?

Naya menarik napas beratnya. Menyibakkan rambut sebahunya, lalu balik bertanya pada pantulan cerminnya, "Kalau Izzu memang nggak ada rasa buat gue, gimana gue bisa maksa dia untuk tetep disisi gue??"

Tapi, pantulan Naya itu seolah-olah kembali berkomunikasi pada si dara, "Jangan pikirin itu dulu. Sekarang gue mau nanya hal penting ama lo. Elo ke Izzu gimana? Lo ada rasa nggak ama tu cowok? Lo sukak atau nggak ama lakik lo Nay? Hati lo gimana?"

Naya termenung lama. Lebih dari limat menit. Ia menatap lamat-lamat dirinya yang ada dicermin, mengangkat jemari kanannya ke dada, tepat ke bagian jantung, lalu berkata lirih setelah terdiam lama, "Gue.... suka sama Izzu."

Entah mengapa, setelah kata itu terucap, Naya mendapatkan kembali seluruh keberaniannya, lalu berkata tanpa otak seperti Naya sebelumnya, yang nyablak dan tak tenggang rasa, "Gue akan buat lo nggak bisa lepas dari gue, tad. Lihat aja, cewek yang lo suka itu, atau gue yang nantinya bakalan dapatin lo. Mari kita masuki arena perperangan."

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang