Keping 18 : Dia Istriku

1.5K 190 15
                                    

happy reading

........................


Satu alasan yang tak pernah Izzu tahu kenapa Naya mati-matian menolak perjodohan mereka selain karena ingin merawat sang bunda adalah Ray. Ya, Ray.

Terlalu berat bagi dara bermata jeli itu untuk jujur pada Izzu, lelaki yang baru saja ditemuinya dan sudah direncanakan untuk dijodohkan padanya. Mana mungkin Naya akan terbuka begitu saja dengan orang baru tentang bagaimana masa lalunya, tentang bagaimana hatinya yang sudah terlanjur karatan, tentang bagaimana rasanya ditinggalkan saat sedang sangat-sangat membutuhkan pundak untuk bersandar.

Naya bukan wanita lemah yang bisa dengan mudah terkapar tak berdaya hanya karena luka dalam dada. Meski perih, ia selalu dan akan selalu berusaha menutupinya, menyumbat rapat, lalu bangkit lagi.

Kini, dara itu sedang memacu laju motornya menuju toko bunga. Tak peduli dengan rambu dan kecepatannya, Naya seolah sedang membonceng bara membara dibelakangnya. Patas dan menerabas. Lebih kesetanan dari pada setan yang sedang kesurupan.

Pemotor lain yang juga menggunakan jalan raya, saat dilintasi Naya hanya bisa berdecak kesal. Angin yang Naya hembuskan dari laju motornya benar-benar bisa mengoyak bibir siapa pun yang ada didekatnya. Sangat kencang. Mungkin inilah momen ketika Valentino Rossi mempunyai anak didik baru yang sangat berbakat, Valentina Rossa.

Naya sampai di toko bunganya, langsung masuk tanpa aba-aba. Menyambar kepala Ray yang sedang membelakang dengan tas sandangnya, "Pletak".

Telinga Ray seketika berdenging terkejut pasca disapa hantaman Naya. Cepat, lelaki tinggi itu membalik tubuhnya, hendak marah. Namun saat mengetahui yang melakukannya adalah Naya, tiba-tiba saja ia tersenyum. Tak jadi marah.

"Akhirnya kau tiba juga sayang. Aku sudah lama menanti." Ray berkata ramah sambil mengelus kepala belakangnya yang baru saja dihantam tas sandang Naya.

"Sayang sayang... mulutmu sekolahkan dulu!" Naya panas, "KENAPA KAU DATANG SEKARANG HAA? SEKALIAN SAJA MATI, TAK PERLU TEMUI AKU LAGI."

"Naya, ada apa denganmu haa? Tak rindukah kau padaku?" Ray berkata tanpa dosa, maju mendekati Naya, sambil membuka kedua lengannya, berpose seolah hendak memeluk.

Naya yang bisa membaca maksud itu segera mundur.

Tiba-tiba, dari tangga Sandra yang melihat Naya baru saja datang bersorak kencang, "KAK NAY..."

Naya yang mendengar suara gadis itu langsung menatap tajam kearah Sandra, "NAIK LAGI SAN. JANGAN TURUN KE BAWAH!"

"Tapi kak... aku tak bisa biarkan kakak sendirian...aku...aku..." Sandra bingung mau melanjutkan dengan kata-kata apa. Melihat wajah Naya yang sedang memerah itu sangat membuat ia ketakutan.

"AKU BILANG NAIK YA NAIK!!" Naya menaikkan nada bicaranya.

Tentu saja teriakan itu membuat Sandra terkejut, patuh.... dengan langkah patah-patah gadis berambut segi itu kembali naik ke lantai dua. Meninggalkan Naya dan Ray hanya berdua di bawah, sambil terus menggenggam telepon pintarnya, Sandra bergumam bergetar, bang Izzu cepetlah datang, cepet bang. Plissss.

Ray masih mencoba untuk beramah-tamah pada Naya, "Aku sangat merindukanmu, Nay. Tidakkah kau rindu aku?"

Naya hanya diam. Melihat Ray kembali berdiri dihadapannya setelah sekian lama, benar-benar membuat dadanya terasa sesak.

Ray masih berusaha untuk mendekati Naya, berjalan selangkah demi selangkah.

Setelah beberapa saat terdiam, Naya kembali membuka suara, "Aku akan membunuhmu sekarang juga Ray!!!"

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang