happy reading
........................
Cinta tak selamanya menjadi satu-satunya alasan untuk dua insan berbeda bisa bersatu. Bahkan tanpa cinta pun, masih banyak kehidupan rumah tangga yang tetap bisa bertahan meski dibawah bayang-bayang penderitaan.
Cinta juga bukan menjadi satu-satunya jawaban untuk dua insan berbeda bisa hidup bersama. Toh, tanpa cinta pun, kesepakatan tetap bisa dijalankan, asalkan kedua belah pihak sama-sama mengutarakan persetujuan.
Sebagai orang tua, benar bahwa menjodohkan anak dengan orang yang sama sekali tak mereka suka bukanlah suatu hal yang baik. Rasulullah SAW pun memerintahkan agar menikahkan anak dengan orang yang mereka pilih.
Ibunya Naya dan uminya Izzu bukan hendak menentang ketentuan itu. Mereka hanya ingin memastikan janji mereka dimasa awal-awal berumah tangga bisa diwujudkan, dengan begitu ikatan mereka semakin kuat. Egoiskah? Mungkin benar itu egois jika dilihat sepintas lalu. Tapi hei.... demi orang tua masing-masing, Izzu dan Naya membunuh ego mereka. Bersedia disatukan.
Izzu tak salah lihat, wanita di toko bunga yang ditemuinya memang benar Naya. Wanita yang sama dengan yang ada dalam foto yang sang bunda perlihatkan ketika ia masih di Kairo.
Izzu tak tahu dengan perasaannya saat ini. Entah kepatuhan pada sang bunda atau memang memiliki rasa untuk Naya, keduanya membuat Izzu benar-benar mantap meyakinkan dirinya : bahwa Naya adalah penyempurna agamanya yang terbaik, yang telah langit pilihkan untuknya. Izzu hanya mencoba mempercayai itu.
Hanya saja, menaklukkan Naya tak semudah yang umi Izzu sangka. Gadis itu ternyata punya pendirian yang kuat. Cantik, tegas, dan susah diajak berdamai soal perjodohan.
Izzu dan uminya benar-benar harus melewati siang yang menegangkan di ruang tengah rumah Naya saat menyampaikan niat perjodohan untuk mereka berdua. Bahkan ibu Naya sampai harus berderaian air mata melalui momen itu.
Bagaimana tidak? Naya yang menjadi penyambung hidup keluarganya hanya memiliki sang bunda sebagai satu-satunya keluarga. Bahkan demi ibunya, Naya sempat berniat untuk tak akan menikah. Sampai kapanpun ia akan menemani sang bunda.
Namun tanpa disangka, sang bunda dibelakangnya telah memiliki kesepakatan yang mengikat. Menjodohkan dirinya dengan anak sahabatnya.
Naya menolak, tentu saja. Ia tak ingin membahas pernikahan. Karena semakin ia sibuk dengan urusan hatinya sendiri, ia takut tak lagi bisa memerhatikan sang bunda dengan sempurna.
Namun, jika boleh jujur, lelaki yang datang pada Naya adalah orang yang sempat membuat Naya merasakan ketenangan meski hanya mendengar ucapan salamnya, sempat merasakan kesejukan meski hanya memandang sepintas wajahnya.
Setelah mengetahui bahwa lelaki itu yang akan dipsangkan untuknya, Naya mengamuk. Ia menolak habis-habisan. Bahkan saat berdiskusi secara pribadi dengan sang lelaki yang menyejukkan mata itu, Naya tak segan-segan menggunakan kata-kata yang jauh dari keramah-tamahan, tidak sopan sama sekali. Kalau anak-anak zaman sekarang mengatakannya dengan istilah : kata-kata Naya no have akhlak.
Ia bukan tak ingin membuka hatinya, ia hanya takut meninggalkan sang bunda setelah ia menikah nanti. Hanya itu.
Setelah menemukan kebuntuan dalam diskusinya dengan sang calon jodoh, akhirnya ego Naya runtuh hanya dengan satu alasan, Izzu, calon imamnya Naya yang sang bunda inginkan mengatakan bahwa hari-hari ibu Naya tak lagi bisa diprediksi. Memang benar kehidupan tak ada yang bisa menentukan akhirnya dimana, namun penyakit yang diderita setidaknya menjadi faktor pengurang jatah hidup setiap manusia.
Naya tak punya jalan keluar selain mengangguk, menyetujui apa yang sang bunda ingini. Bukan demi dirinya juga bukan untuk kebahagiaannya, tapi hanya demi sang bunda.... Agar ibunya merasa bahagia. Tak lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZuNaya
Humor[CERITA KE 1] Follow biar Teman bisa baca semua chapter 🤗 🔥kategori : baper stadium akhir🔥 Naya's scene : - Lo orangnya ribet ya Zu! Ngomong irit. Otak gue mesti kerja keras setiap lo ngomong. - Nggak usah sok baik. - Iya pak ustad, serah lo aja...