Keping 2 : Tamu Ibu

2.7K 269 15
                                    

happy reading

......................

Sepanjang jalan menuju rumah, perasaan Naya sama sekali tidak bisa tenang. Ia begitu gelisah dan cemas. Ada apa dengan ibu? apakah ibu baik-baik saja? apakah sesuatu terjadi pada ibu?

Naya tak bisa berkonsentrasi dengan penuh. Sambil terus memacu laju motornya, Naya berdo'a tak henti-hentinya agar sang bunda tidak kenapa-napa. Karena dara bermata jeli itu tak lagi ingin ada perpisahan. Cukup enam tahun silam, saat ayahnya tak bisa diselamatkan.

Kini ia masih ingin hidup bersama sang bunda. Masih ingin berbakti. Rasanya, hingga saat ini ia belum mampu benar-benar membahagiakan sang bunda. Dan jika ibunya harus pergi seperti ayah yang pergi meninggalkan mereka, maka demi langit dan bumi, sungguh Naya belum siap. Atau mungkin tak akan pernah siap.

Tanpa disadari, rasa cemas yang menggelayuti hatinya membuat matanya beruap. Kibaran angin yang menyapanya juga semakin menambah sesak didada. Naya berada dipuncak kegelisahan.

Jalanan masih licin, beberapa tempat bahkan masih turun gerimis. Namun Naya tak peduli, ia memacu laju motornya secepat yang ia bisa. Meninggalkan rasa takut akan kecelakaan di jalan raya jauh kebelakang.

Dua puluh menit berkendara, akhirnya Naya sampai di depan rumahnya. Bangunan itu terlihat sangat sederhana, dengan pagar kayu dan cat warna hijau daun di dinding rumahnya. Sepanjang halaman yang juga sama sederhananya dengan rumah itu, ratusan bunga-bunga indah berjejer rapi. Ada mawar, camellia, melati, anggrek, bahkan beberapa jenis rumput hias juga ikut menemani. Semua bunga yang berjajar itu terlihat sangat terawat, mereka tumbuh dihalaman rumah yang tepat, dimana di dalamnya dihuni oleh dua wanita pecinta bunga.

Bergegas, Naya meletakkan motornya dan berteriak masuk ke rumah, "IBU.....IBU... NAYA UDAH BALIK, IBU DIMANA?"

Ibunya tak menjawab, jelas saja ini menambah cemas perasaan Naya. Namun belum sempat ia berlari menuju ruang tengah, Sandra dan davin telah lebih dulu menghalanginya.

Naya cengo.

Dara bermata jeli dengan rambut hitam sebahu yang dikuncir asal itu ternganga memandang dua karyawannya yang sedang ada dirumahnya.

"Kenapa kalian disini? Harusnyakan kalian masuk kerja?" Naya bertanya heran.

"Kami disuruh ibu untuk datang kemari, kak." Sandra mewakili tanya bos-nya.

"Untuk apa?" Naya bertambah heran.

"Ya untuk kakaklah, untuk siapa lagi coba?" Kali ini Davin yang menjawab.

"Apa-apaan ini haa?" Naya menatap bergantian adik dapat besarnya itu, lalu kembali berucap "Urusan ku dengan kalian masih ada ya, jangan senyum-senyum kegirangan. Aku harus tahu alasan kalian nggak masuk kerja hari ini. Dan jangan ngeles."

"Kan udah aku bilang tadi, kami disini buat kakak." Sandra mengulangi ucapan Davin.

Namun Naya seolah tak terpengaruh dengan jawaban yang terdengar sangat sok baik itu, ia melengos ke dalam sambil bertanya sepintas lalu, "Ibu mana? Kok aku nggak lihat?"

"Kakak masuk aja gih, nanti juga tahu sendiri." Davin berusaha menjawab dengan mempertahankan nada suara yang sok imut.

Naya meninggalkan dua keryawannya itu dan langsung menuju ruang tengah, sambil terus memanggil ibunya, "Bu.... Ibu baik-baik sajakan?"

Namun saat mendapati ibunya di ruang tengah sedang duduk di sofa, Naya tak bisa untuk tidak mematung.

Ibunya duduk dengan seorang ibu-ibu bercadar dan lelaki muda seusia dirinya.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang