Keping 51 : Tamu Tak Disangka

1.4K 150 18
                                    

aku mencintai pembacaku, seperti Izzu mencintai Naya-nya.

terima kasih masih sedia berkunjung

^_^

happy reading

.......................

Izzu usil memajukan wajahnya hingga puncak hidung mereka nyaris bersentuhan. Tapi Naya punya reflek melindungi diri yang sempurna. Cepat, dara bermata jeli itu menahan wajah Izzu dengan sepuluh jarinya. Menjarakkan kembali wajah mereka, sepanjang rentang lengan Naya.

"Jangan ngadi-ngadi deh Zu! Sekarang bukan saat yang tepat buat becanda yang begituan." Naya memohon agar Izzu menghentikan niat usilnya.

Dari balik jemari halus sang dara, Izzu tersenyum tipis dan bersuara pelan, "terus saat yang tepat kapan? Kita 'kan udah sah, Nay."

Naya tak menjawab. Bingung mau memberikan jawaban apa.

"Lagian kamu dulu yang mulai, kenapa aku yang meneruskan idemu malah jadi pihak yang salah?" Izzu mencari-cari alasan.

"Eee..ini..anu..eee..apa...anu..gue...cuma.." Naya gelagapan.

Izzu kembali mendorong wajahnya ke arah Naya dari balik jemari sang dara, membuat jarak mereka lagi-lagi semakin dekat. Namun, setelah dirasa cukup, Izzu menghentikan gerakannya dan mengambil jemari Naya. Membawa turun jari-jari halus itu, lalu menatap Naya yang setengah mati menyembunyikan wajah malunya dan bertanya manja, "kenapa dengan wajahmu? Takut?"

Naya menunduk bisu.

"Kalau kamu takut, lain kali jangan pancing singa yang sedang tidur, ya." Izzu menanggapi kebisuan Naya. "Kalau kamu ngotot tetap mancing, jangan salahkan singanya jika tiba-tiba nerkam kamu."

Mendengar ucapan Izzu barusan, Naya tersenyum dan menarik jemarinya, lalu membalas sewot, "buat apa gue mancing singa, Tad? Kurang kerjaan apa? Mending mancing berondong dari pada singa, lumayan brondong 'kan kinyis-kinyis, Tad."

"Nayaaaaaa." Izzu melotot.

"Apa?" Naya balas melotot.

"Ulang sekali lagi ngomong kayak gitu, aku akan buat kamu menyesal." Izzu mengancam.

"Mending gue mancing berondong dari pada mancing singa, Tad." Naya mengulangi kalimatnya, menantang Izzu.

Izzu tak perlu bersuara lagi untuk mengulangi ancamannya, si tampan langsung menarik tubuh dara bermata jeli itu, membekap mulut sang dara...dengan bibirnya.

Sebenarnya mereka berdua sama terkejutnya setelah momen singkat itu berlangsung. Izzu terlonjak, sementara Naya langsung berdiri dari ranjang. Melotot kepada Izzu sambil memegang bibirnya, "lo...lo..." Naya kehabisan kata-kata, menunjuk si tampan sambil melangkah mundur.

Izzu ikut berdiri menyusul dara bermata jeli itu sambil mengeluarkan kata-kata 'maaf' dengan wajah penuh penyesalan.

"Udah gue bilang tadi, Tad. Bercandanya liat momen." Naya berkacak pinggang. Merasa kecolongan tingkat kelurahan.

"Aku tak bisa tahan, Nay." Izzu menjawab jujur, "berondong yang kamu sebut membuat hatiku panas."

Naya menggeleng sambil tetap berkacak pinggang.

"Emang benar kalau berondong itu kinyis-kinyis, Nay?" Izzu bertanya polos. Sifat bocah lupa daratannya keluar.

Naya tertawa, mendekatkan jaraknya pada Izzu dan bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan Izzu, "lo cemburu?"

Izzu tak merespon.

"Lo cemburu, Tad?" Naya mengulangi pertanyaanya.

Izzu masih bisu. Terlalu berat untuk mengaku, tapi juga terlalu berat untuk tak mengaku.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang