Keping 61 : Naya itu Tangguh

1.2K 139 34
                                    

-terima kasih telah melangkah sejauh ini untuk membersamai kisah mereka, teman-

Dan sayang, mereka nggak ngepet. Padahal pen liat.

gubrak!!!

happy reading

.......................


Kamar mandi lantai bawah rumah Izzu berukuran tiga kali tiga meter. Setengahnya adalah bak dan jamban, sedangkan sisanya adalah ruang ganti yang di sana terdapat cermin, tatakan sabun, pernak-pernik dinding seperti paku dan gantungan baju. Dua setengah meter jauhnya dari meja makan tempat Davin dan Sandra sedang mukbang.

Kini, Izzu dan Naya berdiri di depan cermin, diantara rentetan botol-botol shampo bekas pakai dan ember cucian.

Izzu tak bicara sepatah kata pun. Naya yang menariknya masuk menjadi bingung setelah membawa Izzu ke dalam bersamanya, bergumam pada dirinya sendiri, "gue bawa si ustad ke dalam buat apa?" Naya menatap tangannya, lalu memukulnya pelan dan mengomel dalam hati, "dasar tangan ganjen, pake narik si ustad masuk!"

Naya melirik Izzu, tersenyum dengan kebahagiaan yang dibuat-buat.

"Cuci wajahmu cepat. Aku tunggu di sini." Izzu akhirnya membuka mulut demi meluruskan suasana, "jangan biarkan aku ikut membersihkannya, karena jika aku ikut, itu tidak akan cukup hanya sampai membasuh wajah."

Naya menelan ludah. Merinding. Tak berani menatap Izzu, ngacir secepat mungkin untuk membasuh wajahnya di dalam ruang yang ada bak mandinya.

Tiga menit. Naya selesai dalam waktu tiga menit. Kini si cantik tak lagi memakai jilbab. Seluruh bentangan wajahnya telah basah. Air menetes dari banyak sisi di wajahnya. Sapuan mengkilap rambut yang tumbuh dekat dahi semakin menunjang suasana segar pada wajah sang dara.

Naya keluar dari ruangan bak mandi, menghampiri Izzu yang masih berdiri di depan cermin dalam kamar mandi itu. "Udah tad."

Izzu mengangguk, namun matanya terpaku pada bagian depan tubuh Naya. Mata si tampan tak bisa dikondisikan, membesar tanpa ragu-ragu. Membuat Naya yang ditatap seperti itu malu seketika dan ikut mengalihkan pandangannya ke arah Izzu memandang. Dan... terkejutlah Naya. Seluruh bagian depannya basah, dari dekat leher sampai ke pangkal perut. Naya mencuci muka semi mandi. Seperti bocah yang diam-diam ketemu air dalam panci plastik. Tak bisa menahan diri untuk tak cemplang-cemplung.

Naya meninggalkan Izzu seketika, berlari ke lantai atas untuk mengganti baju. Ia malu, bukan hanya karena basahnya saja tapi juga karena takut kalau kalau nanti Izzu menertawainya tak pandai basuh muka.

Naya bergerak secepat yang ia bisa, mencari baju dan dalaman lalu menggantinya. Usai Naya selesai, Izzu juga masuk ke dalam kamar, menyusul Naya. Seperti istrinya, Izzu juga harus mengganti baju karena bajunya telah ia korbankan untuk melindungi wajah Naya.

Naya yang sadar bahwa Izzu butuh baju ganti segera mengambil satu dalam lemari, memberikannya pada Izzu, "pakai yang ini ya tad, biar warna baju kita samaan."

Izzu menatap baju yang diusulkan Naya, tersenyum tipis, lalu mengambilnya.

Lelaki itu mengenakannya di depan Naya dan Naya yang melihatnya seolah sedang menyaksikan pertunjukan paling keren sejagad raya. Entah mengapa, memandangi Izzu yang mengangkat lengannya dan mengalungkan baju ke lehernya benar-benar sangat memesona. Membuat Naya setengah gila berteriak dalam hatinya, "lakik gue... haaaaaaah."

Izzu selesai berpakaian, begitu pun Naya. Dan karena masih ada Davin di rumah mereka, Naya memilih untuk tetap mengenakan jilbabnya.

"Hari ini aku tak mengajar, Nay. Jam mengajarku kosong. Lagian besok ada acara pengesahan pengurus baru, jadi aku bisa istirahat sebentar di rumah." Izzu membuka suaranya. Menatap pada sang istri.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang