Keping 44 : My First...

1.6K 168 12
                                    

happy reading

........................


"Kenapa kalian bengong haaa?" Ray menantang, mendekat pada Izzu satu langkah dan meludah. Lalu berkata penuh dengan kebencian, "Biarin Naya tidur ama gue malam ini, maka semua hasil visum yang ada dalam amplop ini gue lenyapin."

Naya memegang erat betis suaminya, berkata lirih, "jangan kepancing, Tad. Dia sengaja biar lo nonjok dia sekali lagi. Denger gue, Tad. Jangan dekat-dekat."

Izzu yang tadinya hampir menyerang Ray karena kata-kata rendahan si pria berkulit putih itu, mendengar ucapan Naya akhirnya mencoba untuk beristighfar.

Lalu Izzu membantu Naya berdiri dan berkata lembut, "masuk mobil dulu, atau masuk rumah sekalian. Biar Ray aku yang urus."

Naya menggeleng, "Ray nggak bisa lo urus sendiri, Tad."

Izzu memalingkan tubuhnya menghadap Naya, memegang pundak dara itu penuh perlindungan, "ini masalah harga diri kamu, Nay. Aku tak bisa terima begitu saja ucapan sampah Ray tadi."

Ray... yang tepat berdiri di depan dua sejoli itu, melihat Izzu memegang pundak Naya dan menatap Naya lama, merasa ada yang mendidih dalam perutnya, "alah, nggak usah drama-dramaan lagi. Selesaikan ini dengan cepat!" Ray meminta Naya mendekat padanya, "Kalau mau lindungin Izzu, datang ke gue, Nay. Ayo sayang... ayo sini sayang... gue pasti bikin lo bahagia malam ini sayang."

Mendengar kata-kata Ray barusan, Izzu langsung menarik Naya ke belakang tubuhnya.

"Lo jangan sok lindungin Naya." Ray membelalak pada Izzu, "lo boleh menang banyak dapatin keperawanan Naya, sok alim, sok belagu. Tapi gue sebagai cowok yang dulu pernah disukai ama binik lo itu juga berhak ngerasain gimana tidur ama mantan cewek gue. Apa salahnya haa?"

Izzu geram, jemarinya sudah mengepal keras. Tapi Naya yang dibelakang si tampan siaga lebih dulu, memeluk pinggang Izzu erat agar si ustad tak salah tindakan.

"Lagian gue pun udah ikhlasin kalau gue bukan orang yang pertama cobain Naya." Ray berdecak sombong, "biar bekas lo, gue juga mau, yang penting gue ninggalin jejak gue untuk cewek cantik gue itu."

"Kau bicara kelewatan." Izzu marah, suaranya menggeram tertahan.

Untungnya Naya masih menahan erat pinggang ustad tampannya. Kalau tidak Izzu mungkin sudah melambung pada Ray dan menghantam lelaki asal bicara itu sekuat tenaga.

"Naya..." Ray mengode pada Naya yang ada dibelakang Izzu, "sini datang padaku, sayang. Mari kita habiskan malam bahagia kita bersama, Baby."

"HENTIKAN KATA-KATA RENDAHAN KAU ITU!!!" Izzu berteriak tak terkendali.

Naya semakin erat menahan tubuh ustad itu. Berkata pelan di belakang, "jangan dengerin, Tad."

"Wiiiih... atut." Ray menertawai Izzu dengan wajah yang dibuat-buatnya seolah ia ketakutan, "jangan sok lo ya. Bilang aja kalo lo nggak terima seandainya Naya bekas gue. Padahal ya, gue terima-terima aja Naya bekas lo."

"Naya tak pernah kusentuh seperti apa yang kau pikirkan." Izzu membalas ucapan Ray dengan mata tajam, "dia masih seperti dia saat dilahirkan."

Mendengar kalimat Izzu barusan, Ray sedikit terkejut, lelaki tampan berjaket hitam itu limbung beberapa langkah kebelakang, "maksud lo binik lo masih perawan? Iya?"

Ray tertawa terbahak-bahak sambil memegang lututnya, "jangan bohong Zu! Mana ada lo nggak ngapa-ngapain Naya, kalian aja udah nikah lama. Nggak percaya gue. Hahahahaha."

"Dia masih sebersih saat dia dilahirkan. Jadi, lelaki kotor sepetimu tak berhak untuk menyentuhnya. Bahkan sehelai rambut pun." Izzu berkata sambil berusaha melepaskan genggaman Naya dari pinggangnya, bermaksud hendak menghantam Ray.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang