Keping 22 : Batal Bohong

1.4K 164 19
                                    

happy reading

.....................

and selamat idul adha manteman


Naya tak langsung melihat siapa yang tengah meneleponnya kini. Sepertinya gadis itu masih sedikit terbawa-bawa kejadian siang tadi. Naya tak siap jika yang menelepon itu adalah Ray.

Dara bermata jeli itu masih berdiri diambang pintu kamar Izzu. Mematung tanpa tahu harus mengapa. Izzu yang sedang terbaring diranjangnya juga merasakan ada sesuatu yang mendesak dihatinya, mendengar dering telepon itu, membuatnya ikut-ikutan tak nyaman, namun berbeda dengan Izzu tempo lalu, kali ini lelaki berwajah teduh itu mencoba untuk tak mau ikut campur lagi. Sepertinya Naya akan semakin tak menyukainya jika ia melangkah terlalu jauh dalam urusan Naya.

Dengan berat, Naya yang tadinya mematung, mendengar nada dering itu tak juga berhenti, mengangkat telepon pintarnya patah-patah. Namun, demi melihat siapa yang menghubunginya kini, Naya malah semakin lemas tak berdaya.

Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada daun pintu. Naya sedikit gembira mengetahui bahwa yang meneleponnya bukanlah Ray. Namun Naya tak tahu harus lega atau tidak saat membaca nama yang tertera dilayar telepon pintarnya itu. Bingung merespon hatinya sendiri.

Izzu yang sedang berbaring mengamati laku Naya seperti itu, tersandar di pintu seolah tak bertulang, tak bisa untuk menahan lidahnya tetap diam, lelaki tampan itu akhirnya bersuara juga, "Dari Ray, Nay?"

Naya menggeleng.

"Lalu siapa?" Izzu bertanya lagi.

"Umi." Naya menjawab lemas.

Seperti Naya, kini Izzu yang dibuat tak bertenaga setelah mendengar siapa yang menghubungi Naya. Kenapa umi tidak menghubunginya? Kenapa malah menelepon Naya?Umi punya urusan apa sama Naya?

"Gue harus angkat dulu sepertinya Zu. Telur ceplok lo nanti aja gue masakin ya." Naya memohon izin sambil berlalu meninggalkan kamar Izzu.

Izzu terpaksa mengangguk. Padahal ia kini sangat penasaran kenapa uminya menelepon Naya malam-malam begini.

Menjauh dari kamar Izzu, Naya mengangkat sambungan telepon itu.

"Assalamu'alaikum umi.... Ada apa malam-malam nelepon mi?" Naya menjawab sopan panggilan telepon ibu-ibu diseberang sana.

Terdengar desingan suara wanita berkata beberapa kalimat disambungan telepon itu. Membuat Naya sesekali mengangguk dan sesekali berkata 'oke'.

Namun tepat sebelum sambungan telepon itu terputus, umi Izzu berkata sesuatu yang sangat mengejutkan untuk Naya. Membuat mata gadis cantik itu hampir keluar dari rongganya.

Usai sambungan telepon benar-benar terputus, Naya seperti kesetanan berlari ke kamar Izzu, membawa berita yang tadi sempat menghilangkan seluruh darah dalam jantungnya.

"ZUUUU.... GAWAT ZU GAWAT!!!" Naya berteriak sambil ngos-ngosan.

Membuat Izzu yang sedang mengulang hapalan Qur'annya sambil berbaring terkejut tak ditahan-tahan, "Astaghfirullah Nay... jangan teriak-teriak kenapa? Bikin jantungan saja."

"Umi Zu.. umi.." Naya bingung bagaimana harus menyambung kalimatnya.

Mendengar kata-kata terputus Naya, Izzu langsung terduduk. Untung demamnya sudah jauh membaik karena dikompres, jadi lelaki berwajah teduh itu tak terlalu pusing saat menuntun tubuhnya untuk tak lagi berbaring, "Kenapa umi Nay?"

"Umi ama Izza malam ini mau nginap disini. Sekarang sedang dijalan. Bentar lagi nyampe." Naya akhirnya bisa menyampaikan isi kepalanya seutunya.

'Duaaaarr', gantian, kini Izzu yang seperti kesetanan, panik mengikuti kepanikan Naya.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang