Keping 16 : Setengah Setengah

1.3K 161 13
                                    

happy reading

.......................

Kong Icuy yang melihat cincin di jari Naya dan mendengar kata-kata Naya barusan tak bisa mengendalikan ekspresi pada wajahnya. Lelaki tua itu lupa bagaimana caranya berwajah santai. Ia membelalak.

"Aku sudah menikah Kongi. Beberapa hari yang lalu." Naya berkata serak.

Kong Icuy masih tak percaya.

"Maaf tak mengundang Kongi, semuanya mendadak." Naya melanjutkan kalimatnya.

Kong Icuy sepertinya butuh minum. Kerongkongan pak tua itu tiba-tiba terasa seret.

Naya hening setelah menyampaikan kata-katanya.

"Kau tak bohongkan?" Kong Icuy masih ragu.

Pak tua itu tahu bagaimana Naya dan Ray. Jadi, jika Naya memilih untuk menikah dengan selain Ray. Kong Icuy hanya bisa terkejut. Bagaimana mungkin itu terjadi?

"Aku tak bohong Kongi." Naya menyahut serius.

"Siapa dia?" Kong Icuy penasaran.

Naya memutar arah tubuhnya, menatap lelaki tua yang telah ia anggap ayahnya. "Besok-besok aku akan bawa dia bertemu Kongi."

Kong Icuy hanya mengangguk takzim, "Apa pun asal kau bahagia, Nak."

Mereka hening sejenak.

Setelah beberapa lama, Kong Icuy menatap balik Naya. Lalu tersenyum tipis. "Boleh aku tahu namanya?" engkong tua itu masih penasaran setengah matang.

Naya balik tersenyum, "Aku tahu Kongi tak mungkin tak penasaran. Tapi kalau aku beri tahu sekarang, apa serunya."

Kong Icuy mengangguk pelan, "Kau benar kau benar." "Tapi tak bisakah aku lihat fotonya? Atau menghubunginya? Aku harus tahu siapa dia. Pak tua ini tak akan tenang kalau Naya cantiknya tidak dengan orang yang tepat."

Naya tertawa. Ia tahu, Kongi tak mungkin mempercayainya begitu saja.

Tanpa pikir panjang, Naya mengambil telepon pintarnya, bermaksud untuk menghubungi Izzu. Demi membuat Konginya tak mati penasaran.

Dara bermata jeli itu sudah membuang kesalnya pada Izzu sejak ia melihat hamparan taman bunga. Ia menyadari, rasa kesalnya pada Izzu sangat tak tepat. Izzu tak tahu apa-apa tentang deritanya. Tak pantas dapat kesewotannya lebih dari pada Ray.

"Kongi beneran ingin bukti?" Naya menggoda paman tua itu.

Cepat Kong Icuy mengangguk.

Naya tertawa renyah melihat anggukan lelaki tua itu, "Baiklah baiklah.... demi Kongi apa sih yang nggak?"

"Benarkah?" Kong Icuy bertanya bangga.

"Benar dong!" Naya menimpali.

"Demi Kongi, apa yang tidak Nay?" Kong Icuy berusaha mencari posisi dirinya dimata Naya. Bertanya ngotot.

"Tidak semuanya. Hahahahah" Naya mengurut pelipisnya, "Canda doang Kong, jangan hipertensi pula lah."

Kong Icuy tersenyum masam.

Naya memamerkan nomor Izzu, menekannya di depan Kong Icuy.

Panggilan pertama....

Panggilan kedua....

Panggilan ketiga....

"Assalamu'alaikum," Suara Izzu terdengar sejuk dari seberang sana. Menjawab panggilan telepon Naya setelah keempat kalinya.

"Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, Zu." Naya berusaha berkata sesopan yang ia bisa. Menjawab salam dengan lengkap.

Hal itu tentu saja membuat Izzu yang izin sebentar dari para santrinya untuk mengangkat telepon berdiri bergetar di luar kelas. Tersandar kedinding. Nada bicara Naya begitu lembut dan sopan. Berkebalikan dengan yang semalam.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang