Keping 57 : Jadi...?

1.3K 167 34
                                    

*jika teman2 suka dengan tulisan ini, silakan vote dan komen sepuasnya. Karena hanya itu semangat saya untuk tetap bisa melanjutkan kisah duo bucin kita.

I love my reader...... so much. Thanks for coming

happy reading

.......................

Ini dini hari. Jalanan benar-benar lengang. Mobil butut Izzu melaju tanpa ada hambatan, kemacetan dan pengganggu. Sesekali ada dua tiga pemotor yang lewat, mendahului mobil Izzu. Sisanya hanya angin yang menderu.

Di dalam mobilnya kini, Izzu beristghfar sebisanya. Hatinya tak tenang sama sekali. Naya sepertinya tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Rasa-rasanya, dari pada harus melaju, ia lebih senang jika Doraemon mau meminjamkannya pintu kemana sana. Tapi apa daya, itu hanya ada dalam dunia khayalan anak-anak. Kenyataan harus tetap dihadapi secara matang, tanpa pintu kemana saja.

Izzu lupa membawa flashdisk murotalnya, jadi ia menghidupkan radio untuk mencari sedikit penghiburan. Siapa tahu dini hari ini ada saluran yang memutar pengajian atau semacamnya.

Sambil terus menginjak pedal gas sekuatnya, tangan kiri Izzu cekatan mengotak-atik tombol pencari saluran radio yang masih mengudara di dini hari ini.

Apa salah dan dosaku sayang, cinta suciku kau buang-buang. Lagu pertama di saluran pertama, cukup mengejutkan Izzu. Lelaki berwajah teduh itu tak pernah mendengar lagu itu sebelumnya.

Cekatan, Izzu mencari yang lain, otaknya kaku, lupa kalau bisa pakai mode otomatis untuk mencarinya. Maklum, bucin panik memang selalu seperti itu. Mempersulit apa yang seharusnya mudah.

Sobat pendengar semua, pasti rasanya ngga enak bila hanya kita yang menyukai seseorang 'kan? Melepaskan tentu saja menjadi solusi... Izzu menggantinya cepat sebelum mendengar kalimat utuh yang akan disampaikan oleh si penyiar, mendumel kesal, "apa-apaan itu?"

Si tampan masih belum lega, belum mendapatkan apa yang diinginkannya. Entah mengapa ia ngotot hendak mengotak-atik saluran radio. Padahal biasanya ia bisa saja mengulang hapalan Qur'annya.

Di depan orang tuamu, kau malukan diriku...

Izzu beristighfar keras, mengurut pelipisnya. Lalu kembali mencari saluran yang sebenarnya sudah tak tahu lagi apakah ia masih penting mencari saluran itu atau tidak.

Ku menangis... membayangkan betapa kejamnya...

Lagi-lagi Izzu tak tahu harus apa. Pikirannya bertambah-tambah kacau dengan suguhan lagu malam ini. Tapi si tampan tak kapok, terus mencari apa yang tak lagi seharusnya ia cari. Agaknya, cinta benar-benar menyumbat aliran oksigen ke otaknya.

Aku sakit... dan ku tak mengerti...

Akhirnya si tampan mematikan radionya. Benar-benar tak mengotak-atiknya lagi.

Selama perjalanan, Naya tak menelepon. Dan Izzu tak juga ingin menelepon balik, takut bertambah-tambah khawatir jika ia mengetahui apa yang tengah terjadi.

Si ustad melaju selaju-lajunya, patas dengan kecepatan cahaya. Setelah menderu hampir setengah jam, Izzu sampai... di halaman rumah Dinar. Cepat, lelaki berwajah teduh itu keluar dari mobil, menuju rumah.

"Naya... buka pintunya Nay! Aku kembali." Izzu bersuara keras.

Tak ada jawaban dari dalam.

"Assalamu'alaikum, Naya... suamimu pulang. Buka pintunya!" Izzu kembali bersuara. Kali ini sedikit agak tenang.

Tiba-tiba dari dalam seseorang membuka pintu, itu adalah Sandra. Terkedjoet melihat Izzu berdiri di depan pintu dengan wajah yang tak santai.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang