Keping 36 : I Love You More

1.5K 187 32
                                    

yok dikomen sepuasnya, biar makin greget chap berikutnya.

happy reading

........................

Sepuluh detik berlalu, Naya masih membisu. Menatap Izzu yang juga menatapnya.

Lima belas detik terlewat, mereka masih dalam posisi yang sama.

Hingga dua puluh detik kemudian, keduanya tak ada yang mau memulai duluan, baik berkata atau pun bergerak.

Mematung.

Satu di atas, menunduk, menatap ustad tampan yang tangannya kini sedang terletak tepat dilututnya.

Dan satunya di bawah, menengadah, menanti jawaban sang dara dengan mata penuh harap dan degup jantung yang tak terkendali.

Izzu sudah berusaha semaksimal yang ia bisa. Meski ia tahu dari sang bunda bahwa Naya menyukainya, itu bukanlah suatu hal yang lantas membuat si tampan tak ada usaha untuk mengungkapkan dengan tulus apa yang ia rasa.

Walau sebenarnya berat untuk diungkapkan.

Naya menarik napas panjang. Sedikit bergerak, membuat Izzu yang tengah menanti jawaban sang dara kini merasa semakin gelisah. Tapi... penampakan luar sang ustad tetap tenang dan meyakinkan.

Usai menarik napasnya, kemudian menghembuskannya dengan berat, menariknya lagi, lalu menghembuskannya lagi, Naya mengambil tangan Izzu. Memegang balik punggung tangan yang kini tengah nemplok di atas lututnya. Membuat si tampan sedikit bergidik, lambungnya serasa pecah.

Tapi sayang, Naya mengambil punggung tangan itu bukan untuk menggenggamnya, melainkan untuk mengangkatnya, dan menghempaskannya.

Membuat Izzu yang tak menyangka akan dapat perlakuan seperti itu tiba-tiba merasa sangat sedih.

Setelah memastikan tak lagi ada telapak tangan hangat yang melingkupi lututnya, gadis bergaun hijau itu berdiri. Mengambil jarak dari si tampan. Sekitar satu meter. Lalu berkacak pinggang.

"Lo kalau mau ngerjain gue, jangan kelewatan, Tad!" Suara pertama Naya keluar setelah sekian lama terdiam.

Bak disabet celurit, darah Izzu kini serasa habis terkuras. Naya benar-benar sulit ditebak.

"Bilang aja lo sedang latihankan? Buat ngelamar si Hafsah itu. Iya kan?" Naya mengangkat suaranya. Kali ini matanya sedikit beruap.

"Hafsah? Siapa Hafsah?" Izzu bertanya balik, berdiri dari posisi berlututnya. Menghadap pada Naya.

"Alaaah... jangan ngeles, Tad! Gue tau kok semuanya." Naya masih kukuh dengan pemikirannya. "Lo pikir kata-kata lo tadi itu terdengar baek-baek aja buat gue haaa? Kalo lo cuman makek gue buat latihan, dimana otak lo, Tad?"

"Kamu salah paham, Nay. Aku tidak latihan." Izzu membalas cepat.

"Salah paham dari mana haa? Jelas-jelas gue udah ketemu langsung sama Hafsah." Naya berjalan mundur, "Dan dia... gue yakin dia pasti... pasti..." Naya berat melanjutkan kalimatnya, serasa nyata sakit dalam dadanya.

Izzu tak menyela gadis itu. Ia memilih untuk tetap diam, membiarkan Naya mengeluarkan seluruh salah sangkanya.

"Dia pasti tipe lo banget." Naya berkata lantang, "Cantik, pinter ngaji pasti, kayaknya baek, bajunya dalem, jilbabnya lebar. Lah gue? Kagak ada apa-apanya ama gue, Tad." Naya meremas jilbab hijau mudanya, melanjutkan kalimatnya, "Gue orang yang bikin lo kesel teruskan? Mana jelek lagi, pendek, nyablak, nggak pake jilbab.... mantan orang. Gue ama Hafsah tu beda, Tad. Beda banget."

Izzu menatap Naya dalam. Tak peduli dengan wajah merah sang dara yang kini tengah menahan tangis dan marah diwaktu yang bersamaan. Ikut maju selangkah demi selangkah, menghampiri wanitanya yang masih tenggelam dalam lautan salah paham.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang