Keping 45 : Butuh Perhatian

1.5K 155 45
                                    

happy reading

........................

Lima menit mematung di depan pintu rumahnya setelah mendapat penyerangan ekstrim tanpa aba-aba, akhirnya Izzu baru bisa menggerakkan tubuhnya perlahan. Meski agak sedikit linglung, karena ia lupa bagaimana caranya berjalan. Apakah pakai tangan atau pakai ekor.

Tidak ada siapa-siapa disekitar. Lelaki tampan itu berdiri sendiri diantara nyanyian jangkrik di halaman.

Naya sudah menghilang dari pandangan, dara itu mungkin langsung naik ke atas dan masuk kamar, karena tak terlihat sama sekali ia berseliweran di lantai bawah.

Membayangkan wajah Naya, membuat Izzu serasa ingin cepat-cepat masuk kamar dan berjoget sepuasnya. Tapi ia teringat satu tugas yang belum dilakukannya, mobilnya masih menyala di depan gerbang.

Seolah berjalan seperti berlari, Izzu menuju mobil bututnya.

Tapi, sebelum duduk dikursi kemudi, Izzu malah membuka pintu belakang mobil dan masuk dari sana.

Dibangku belakang ada boneka panda raksasa hitam putih yang terduduk menunduk. Dipaksa masuk oleh dua sejoli itu tadi. Dan beberapa pernak-pernik Naya yang lainnya.

Izzu menghamburkan dirinya ke arah boneka. Memeluk boneka raksasa itu penuh bahagia sambil berkata, "panda... Naya panda... Naya bilang dia mencintaiku panda... panda... Naya bilang dia mencintaiku panda."

Izzu semakin mengeratkan rangkulannya dan masih terus bersuara, "Naya... Naya menciumku panda... Bagaimana ini? Haruskah kucium dia balik atau kubiarkan saja? Pura-pura tak tahu?"

Mendapati si boneka hanya diam, Izzu memegang bahu besar si panda dan mengguncangnya kencang, "panda... jawab napa??"

Izzu lupa, seandainya panda itu tiba-tiba menjawab, mungkin teriakan istighfar dan bacaan ayat kursi akan memenuhi langit-langit mobil.

Setelah dirasa cukup menumpahkan kebahagiaannya, sambil bersenandung pelan Izzu pindah ke kursi kemudi dan membawa masuk mobil bututnya sampai tepat di depan pintu rumah.

Izzu mengeluarkan satu persatu barang belanjaan Naya, menaruhnya di teras depan pintu masuk. Tapi, saat hendak mengeluarkan si panda, Izzu sedikit kewalahan.

Tadi mereka memasukkan boneka itu dengan segenap perjuangan, Izzu mendorong dari luar dan Naya menarik kepala pandanya dari dalam.

Tapi, saat melakukannya sendiri, Izzu merasa kesulitan. Mungkinkah ini pertanda bahwa ia tak bisa apa-apa tanpa teman hidup?

Kalau ia mulai menarik dari kepala, badan panda mungkin akan tertinggal di dalam. Kalau ia mulai mengeluarkan boneka itu dari pantatnya, pintu mobilnya mungkin akan tinggal kenangan. Memanggil Naya? Ayolah, ia masih malu untuk bertatap muka dengan gadis itu. Jadi? Setelah berkutat cukup lama, akhirnya Izzu membiarkan panda itu tetap di dalam mobil sambil mengancam si panda besar, "awas ntar keliaran! Duduk saja sampai pagi di dalam!"

Cinta agaknya telah mencuci kewarasan sang ustad.

Sesampainya di rumah, Izzu meletakkan barang belanjaan Naya di kursi ruang tengah, lalu segera naik ke lantai atas menuju kamarnya. Jelas saja Izzu tak berani mengetuk kamar Naya. Batinnya belum siap. Jadilah dua orang itu tidur di kamar masing-masing.

...

Usai shalat Shubuh, Izzu berdiri di depan pintu Naya, hendak mengetuk, ingin memastikan apakah sang dara sudah terbangun atau belum. Namun, saat jemari Izzu mengepal membuat tinju hendak memukul pintu kamar Naya, Naya dari dalam membuka pintunya tanpa tahu bahwa Izzu telah berdiri di depan pintunya.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang