Keping 68 : InsyaAllah, Cinta ini Lillah

3.1K 169 45
                                    

-siapkan banyak energi ya tems-

-chap ini dibuat dengan sepenuh hati, semoga juga dibaca dengan sepenuh jiwa-

LOVE U

happy reading

........................


Seperti apa yang pernah Izzu katakan pada Naya, jika kita mencintai seseorang karena Allah, maka apa pun jalan yang Allah berikan, tidak akan ada penyesalan di dalamnya. Sebab Allah tak pernah menggariskan sesuatu hal yang tidak baik untuk hamba-Nya.

Cinta karena Allah itu mengantarkan kita pada rasa percaya yang tak bisa diukur oleh kata-kata. Cinta karena Allah itu juga membuat kita jauh dari rasa kecewa, sebab segalanya sudah kita sandarkan pada Sang Maha Cinta, yang jelas mengatur semua perputaran rasa dalam dada.

Cinta karena Allah juga tak terbatas waktu, tempat, atau pun kehidupan. Meski dunia telah berbeda, meski napas tak lagi mengudara di bawah langit yang sama, cinta karena Allah akan menjadikan hati selalu tentram dan bahagia. Walau alam baqa telah memisahkan keduanya.

Naya... sebelum benar-benar jatuh tersungkur dengan mendadak dari kursinya, bergumam pelan dalam setengah tak sadarnya, menyebut nama belahan jiwanya yang sangat ia sayangi 'Izzu'.

Teriakan Davin dan Sandra yang serempak seolah mengoyak langit-langit toko bunga, berlarian ke arah Naya.

Sandra mengambil tubuh lemah itu, mata Naya masih terbuka, tapi wajahnya sangat-sangat pucat dan penuh keringat. Davin tak bisa menyentuh Naya, bukan tak bisa, tepatnya tak boleh.

Lelaki berhidung bangir itu menjauh lalu berkata pada Sandra, "San, bawa kak Naya ke sofa belakang bisa? Aku akan siapkan sofanya."

"Akan aku usahakan." Sandra merespon ucapan Davin cepat.

Lalu gadis itu memegang erat lengan Naya sambil berkata pelan, "Kak Naya bisa jalan? Kita rebahan di sofa belakang ya? Biar Sandra bantu jalan."

Naya mengangguk pelan, berusaha membawa tubuh berat dan kakunya berdiri, dibantu Sandra yang membopong dari samping.

Semua serba mendadak, tidak hanya bagi Naya, Sandra dan Davin pun merasa napas mereka sudah tercekat ditenggorokan. Tak menyangka suasana yang tadinya baik-baik saja berubah menggila tiba-tiba.

Lima langkah berjalan, Naya limbung, sudah tak sanggup lagi membuka matanya. Dara nyablak itu pingsan dalam bopongan Sandra.

Sandra yang merasakan beban bopongannya naik berkali-kali lipat dengan kepala Naya yang terkulai segera berteriak, "DAVIN!! DAVIN! KAK NAYA PINGSAN VIIIIN!"

Davin yang sedang mempersiapkan sofa untuk rebahan Naya, demi mendengar teriakan si rambut segi segera berlari ke ruang depan. Dadanya naik turun.

"Cepet Vin, gendong kak Naya ke sofa, aku tak sanggup." Sandra menyela kehadiran Davin.

"Tapi San... nanti bang Izzu..." Davin agak ragu.

"INI DARURAT VIN!" Sandra membelalak marah.

Maka dengan sigap si hidung bangir mengambil Naya dari tangan Sandra, membawa kakaknya itu ke sofa belakang, membaringkannya lembut.

Usai Naya dibaringkan, maka terlihat sudah wajah cantik itu semakin bertambah-tambah pucat. Napas sang kakak juga makin memelan. Sandra dan Davin auto panik tingkat Andromeda.

Sandra duduk bersimpuh di samping sofa tempat Naya berbaring, menyentuh berkali-kali pipi dingin milik kakaknya itu. Lalu menatap Davin dengan kornea yang lembab, "Vin, gimana ini?"

"Kita bawa kak Naya ke rumah sakit. Kita tak tahu soal ini, San." Davin menyela cepat.

"Tapi kak Naya pingsan, kita cuman punya motor. Gimana cara bawanya?" Sandra bertanya sambil tangannya masih menyentuh bentangan wajah Naya, mengelap keringat yang mengucur pada wajah pucat itu.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang