Keping 28 : Ustad Gue

1.2K 158 17
                                    

happy reading

........................


Didekat sang dara, Izzu mengangkat panggilan telepon itu sambil terus berjalan lambat menuju mesjid.

Naya penasaran bet dengan siapa si tampan berbicara diseberang sana. Sedikit mendekatkan jaraknya, Naya menajamkan telinga kirinya. Berusaha mendengar sayup-sayup suara lawan bicara Izzu.

Memastikan bahwa yang menelepon Izzu itu memiliki suara ngebass ala lelaki, entah mengapa Naya merasa lega begitu saja.

Izzu menutup sambungan teleponnya, lalu menatap kearah Naya yang berjalan disampingnya, "Tadi itu ustad Usman yang nelepon. Katanya besok ada pekan raya santri dan santriwati, jadi aku harus hadir."

"Nggak nanya dan nggak kepo." Naya menjawab dingin sambil menyembunyikan senyumnya.

"Kamu harus tahu kemana pun aku pergi." Izzu menimpali.

Naya, "..............."

"Aku akan beri tahu kepadamu kemana pun aku akan pergi." Izzu menyambung kalimatnya.

Naya, "..............."

"Sayangnya, untuk acara besok dipesantren, kamu harus pergi denganku." Izzu berkata santai sambil terus berjalan.

Naya menghentikan langkahnya, menatap heran pada Izzu, "What?? Buat apa? Lo mau ngeruqyah gue tad? Dendam apa sih yang lo pendam untuk gue haa?"

Izzu menggeleng pelan, lalu tersenyum.

"Jangan senyum!!" Naya meledak, "Gue nggak sedang bercanda."

"Kamu lucu." Izzu merespon.

"Gue bukan pelawak." Naya membalas.

"Maksudku, jalan pikiranmu lucu." Izzu menyibak rambutnya, memperlihatkan sedikit dahi terangnya, lalu kembali berkata, "Siapa yang mau ­ngeruqiyah kamu? Besok itu aku bawa kamu kepesantren karena barusan ustad Usman nanya apakah aku ada kenalan untuk kegiatan rangkai bunga. Maka aku jawab aku punya kenalan."

Mendengar ulasan Izzu barusan, Naya sedikit terlonjak, "Maksud lo.... gue ama anak-anak Queen Florist dapat job ngisi acara dipesantren gitu?"

"Ya." Izzu menjawab singkat.

"Lo nggak sedang PHP-in gue kan Zu?" Naya memastikan.

Izzu menggeleng.

"Ini beneran kan tad?" Naya sedikit sumringah.

"Benar." Izzu meyakinkan.

Tanpa pikir panjang, entah saking bahagia atau apa, Naya melebarkan dua lengannya, memeluk Izzu tiba-tiba. Menyandarkan tubuhnya pada lelaki tampan yang tinggi darinya itu tanpa rasa malu dan bersalah, sambil berucap dengan  nada gembira, "Gue seneng tad, seneng banget."

Izzu yang sedang dirangkul tanpa aba-aba seketika pucat dan tak bisa berbuat apa-apa, orang-orang wisudaan yang ada didekat mereka hanya memandang Izzu dan Naya dengan pandangan aneh. Mereka bergumam macam-macam.

"Dasar bucin tak liat tempat."

"Mereka pikir dunia milik berdua apa?"

"Cewek jaman sekarang emang kegatelan ya."

Izzu tak berani untuk menghentikan apa yang tengah Naya lakukan saat ini pada dirinya. Toh mereka adalah mahram, tak haram untuk masing-masingnya saling bersentuhan. Orang-orang yang melihat saja tak tahu kalau mereka telah sah.

Sekitar dua puluh detik Naya merangkul lelaki tampan itu. Dua puluh detik yang sangat berarti bagi Izzu.

"Gue seneng banget tad! Kenal ama lo ngasih gue jalan rejeki baru." Naya berbicara dengan wajah bahagia sambil melepaskan rangkulannya.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang