happy reading
........................
Mengetahui gelas pecah tepat dekat kaki Naya, Izzu langsung berdiri dari duduknya, berkata tergesa-gesa pada Naya, "Menjauhlah dari sana. Pergi kedekat ibu."
Hanya saja, seolah tak mendengar kata-kata si tampan, Naya malah menurunkan tubuhnya, bermaksud untuk memungut pecahan kaca yang ada di bawah. Disebelah kakinya.
Tapi Naya terlambat, lelakinya telah lebih dulu mengambil pinggangnya, menggendongnya seperti menggendong karung beras, nyampir disamping, lalu membawa Naya kedekat Dinar. Mendudukkannya tepat disamping sang bunda. "Duduk saja disini. Biar aku yang sapu pecahan kacanya."
"Tapi kan lo sedang makan, Tad. Biarin gue aja napa?" Naya memprotes. Sedikit mengangkat tubuhnya hendak berdiri.
"Duduk!" Izzu menatap tajam pada sang dara. Tak peduli dengan wajah terkejut Naya. Lalu memutari dapur mencari sapu dan kantong kresek.
Dinar dan Sandra yang baru saja terbangun dari kaget mereka setelah menyaksikan adegan yang hanya ada didrama-drama itu kini terpampang jelas dimata mereka langsung mendesah ngilu. Saling pandang geli.
Tapi Sandra tak cukup hanya dengan mendesah, ia memanjangkan lehernya dan menatap Naya yang ada disamping Dinar sambil berkata manja, "Kak Nayaaaaaaaa, kiyooot... pen digendong juga kayak gitu. Pen dilindungi ama yang ganteng kayak gitu. Mmmm iriiii."
"Hus!" Dinar melambai pada Sandra, "Sadar, San. Yang kayak gitu udah ada yang punya. Besok-besok kita cari di pasar loak, ibu temenin."
"Ibuuu, kok di pasar loak sih?" Sandra bertanya sambil mengubah masam wajahnya.
"Biar dapat harga miring." Naya memotong.
Davin yang tadinya tak peduli, mendengar sekilas bahwa Sandra mendapat keroyokan dari dua beranak itu langsung ikut mengangkat suaranya, "Mampos! Seneng daku mendengar dikau diperlakukan seperti itu, nona lontong daun."
Tapi Dinar langsung menyahut kata-kata Davin, "Eh, kalian berantem mulu, jodoh nanti baru tau rasa."
"Nggak bakal, Bu." Jawab Sandra cepat sambil melempar mata ikan kakap ke piring Davin.
"Ih amit-amit cabang olahraga, Bu. Mending membujang ampe tua dari pada ama tu lontong daun." Davin menjawab cepat sambil membuang nasi yang terkena lemparan mata ikan kakap dari piringnya ke piring kecil disampingnya.
"Bakalan jadi." Naya menyambung kalimat Davin, "Liat aja ntar."
Davin tak mau membalas Naya, bukan karena takut, tapi karena tak sanggup baku hantam dengan Izzu jika nanti si tampan dengar dirinya menceletuk Naya. Makanya, si hidung bangir pura-pura tak dengar apa yang Naya katakan dan kembali bercumbu dengan ikan kakapnya.
Tak lama berselang, Izzu datang membawa sapu dan kantong kresek kecil yang entah didapatnya dari mana. Membungkuk untuk membersihkan pecahan gelas yang barusan Naya jatuhkan.
"Gue bantu, Tad?" Naya bertanya basa-basi.
"Lanjutkan saja makanmu." Izzu menimpali.
"Ya tapi kan gue nggak enak kalau lo yang harus tanggung jawab, yang mecahin ntu gelas kan gue." Naya masih bernegosiasi.
"Gelas ini pecah karena kamu terkejut atas apa yang aku katakan, jadi... biarkan aku yang selesaikan." Izzu membalas.
"Tapi tad..." Naya masih membuka bibirnya.
"Makan saja makananmu atau kita sambung Ar-Rahman tadi disini? Di depan ibu dan dua adikmu?" Izzu berkata sambil terus mengumpulkan pecahan kaca.
Mendengar ancaman barusan, Naya tak lagi bisa menyela. Memperlihatkan kepada ibu, Sandra dan juga Davin mereka saling berpelukan erat? Ayolah, mana mungkin itu akan baik-baik saja. Maka, demi tak terjadi yang 'iya-iya', Naya mengalah, membiarkan Izzu membersihkan pecahan kacanya, dan melanjutkan makannya dengan patuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZuNaya
Humor[CERITA KE 1] Follow biar Teman bisa baca semua chapter 🤗 🔥kategori : baper stadium akhir🔥 Naya's scene : - Lo orangnya ribet ya Zu! Ngomong irit. Otak gue mesti kerja keras setiap lo ngomong. - Nggak usah sok baik. - Iya pak ustad, serah lo aja...