Keping 14 : NaRaya? ZuNabeKA?

1.4K 162 15
                                    

happy reading

........................

Malam ini, suasana rumah pasangan absurd itu kembali mengelabu. Padahal tadi baru saja seru. Satu hari ini Naya teleponan, chattingan, dan ngobrol panjang dengan Izzu. Tetapi, gegara telepon masuk barusan, buyar sudah keseruan yang terbangun. Hilang semua.

Orkes jangkrik yang biasanya mengudara disekitar pekarangan rumah, seolah tahu suasananya sedang tidak tepat, memilih untuk mencari pekarangan rumah lain.

Usai pembahasan tentang 'jangan urus urusan gue', Naya balik ke kamarnya sambil menahan emosi setinggi monas. Meninggalkan Izzu sendirian di ruang makan.

Biasanya, tersulut karena satu hal saja, Naya bisa meledak tak ketulungan. Tapi malam ini istimewa, tidak cukup hanya satu, dara bermata jeli itu menghadapi dua hal yang membuatnya kesal sekaligus. Satu, si Izzu yang sok ikut campur. Dua, si Ray yang menelepon terus-terusan tak mau berhenti.

Keduanya membuat Naya serasa ingin menjelma menjadi spiderwoman dan melilit dengan jaring dua lelaki itu tanpa ampun, lalu mengikat mereka ke tiang listrik di dekat jalan raya. Biar semua orang bisa lihat dan tertawakan. Tapi apa daya, Naya hanya wanita biasa. Bukan spiderwoman. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengurung diri di dalam kamar. Bertindak seperti belia labil pada umumnya.

Saat Naya seutuhnya meninggalkan Izzu sendirian di ruang makan, lelaki tampan itu tak lagi punya selera makan. Ia tahu, orang yang mubazir adalah temannya setan, hanya saja ia tak bisa memaksa kerongkongannya untuk menelan makanan dalam keadaan seperti ini.

Ia merasa bersalah karena telah menambah beban pikiran Naya dengan kata-katanya yang ceroboh. Tapi kini, ia tak tahu harus melakukan apa demi memperbaiki suasana kacau yang telah ia timbulkan diantara mereka berdua.

Dengan cekatan, Izzu membereskan seluruh peralatan dan makanan yang ada di atas meja. Setelah memastikan tak ada satu pun yang keteteran, Izzu juga meninggalkan ruang makan itu. Balik ke kamarnya.

Namun sesaat sebelum memasuki kamarnya, Izzu manatap nanar kamar seberang, tempat Naya kini sedang mengurung diri.

Lelaki berwajah teduh itu tetap berusaha untuk berpikiran positif. Ia memang selayaknya tak ikut dalam sesuatu yang tak ia ketahui apa itu. Tadi mungkin ia sudah bertindak kelewatan. Seperti terbawa emosi, merasa sok menjadi orang terdekat Naya.

Izzu melangkah gontai masuk ke kamarnya. Mencoba berbaring meski hati tak mau bekerja sama.

Malam ini, kehangatan yang sempat tercipta diantara sepasang manusia itu telah menguap ke udara. Menghilang bersama hembusan angin. Menyisakan dingin dalam kesunyian.

Izzu benar-benar tak mengganggu Naya.

Dan Naya benar-benar tak keuar dari kamarnya sampai mentari menyapa.

...

Pagi-pagi sekali, tanpa bertatap muka dengan pria tampan yang ada diseberang kamarnya, Naya memacu laju motornya menuju toko bunga. Enggan bersua Izzu.

Sementara, Izzu yang masih merasa bersalah atas kelancangan kata-katanya tadi malam sangat sadar diri. Berusaha untuk tak menampakkan dirinya pada Naya.

Mereka pergi secara terpisah menuju tujuan masing-masing.

Saat ditengah jalan, Naya mendapat telepon dari Davin bahwa langgangan bunga mereka yang ada di puncak menawarkan paket bunga segar murah. Naya, biasanya jika mendapat telepon seperti itu akan langsung memerintahkan karyawannya untuk menjemput. Namun, karena pagi ini pikiran gadis itu sedang butek, ia memilih untuk menjemput sendiri ke daerah puncak. Lumayan bisa cuci mata dan menyegarkan otak. Membuat Davin yang menelepon ternganga diseberang sana. Tak biasanya Naya mau menjemput bunga seorang diri.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang