Keping 10 : Dia

1.5K 164 4
                                    

happy reading

.......................

Naya masih tertidur di kamarnya. Sudah pukul 9 pagi sekarang.

Izzu tak membangunkannya, mungkin sengaja. Mungkin juga malu memasuki kamar dara bermata jeli itu.

Sudah dua jam Izzu meninggalkan rumah, berangkat ke Pesantren Darul Huda. Ini hari pertama lelaki tampan itu menjadi pengajar di sana. Tak mungkin datang telatkan?

Tapi sebelum benar-benar pergi meninggalkan rumah, dimeja makan Izzu telah menyediakan satu mangkuk bubur nasi dan segelas teh hangat. Dengan kertas kecil disamping mangkuk itu yang bertuliskan 'Isi dulu tenagamu sebelum beraktivitas. Awali dengan basmalah.'

Tidak hanya di atas meja, Izzu juga meninggalkan pesan yang bertuliskan 'Jika perutmu masih sakit, sebaiknya di rumah saja dulu. Kabari Sandra bahwa kamu tak bisa ke toko hari ini. Oh ya... istighfarnya jangan lupa, biar kamu cepat merasa baikan.' di tempelkan di pintu keluar.

Naya yang semalam sakit perut hingga menjelang subuh memang kesulitan tidur. Maka setelah mendingan usai sholat subuh tadi, gegara minyak angin Izzu dan segelas air hangat yang Izzu buatkan untuknya, Naya langsung membalas kekurangan tidurnya tanpa segan. Hingga bablas sampai jam sembilan lewat.

Saat sinar matahari pagi yang sudah tak tenggang rasa masuk dari celah jendela, menyapa mata terpejam Naya, barulah sang dara terkejut histeris. Dia telat bangun, kesiangan, mendadak langsung memberdirikan tubuhnya.

Sial! Telat bangun lagi! Naya bergumam pelan sambil mematutkan pakaiannya yang berantakkan.

Seketika, entah mengapa usai mengupat seperti itu, Naya menampar bibirnya pelan, lalu mengganti gumamannya dengan istighfar, Astaghfirullah....

2,5% Izzunisasi telah merasuki kepala Naya. Tanpa gadis itu sadari.

Naya melangkah patah-patah menuju kamar mandi. Menyiapkan dirinya.

Sakit perut dara bermata jeli itu sudah sirna. Jadi ia merasa kalau ia bisa berangkat kerja ke toko bunga. Telat datang tak apa, dari pada tak datang sama sekali, gadis itu mencoba membenarkan jalan pikirannya sendiri.

Usai Naya bersiap-siap, ia melangkah keluar kamarnya. Namun sebelum menuruni tangga, mata Naya malah menyapa kamar yang ada diseberangnya. Tadi malam ia tidur diranjang pemilik kamar itu. Naya menyadari, tentu saja, karena ia tidak sedang pingsan. Dan ia tak bisa pura-pura lupa. Bahkan sampai kini pun, aroma yang Naya hirup saat ia berada di kamar itu, masih sangat tercetak jelas dihidungnya. Sulit hilang. Aroma embun rumput dipagi hari. Segar dan menenangkan.

Naya mencoba menepis pikiran anehnya tentang aroma yang segar dan menenangkan itu, lanjut jalan ke lantai bawah. Hendak minum ke dapur.

Namun, belum sempat ia mengambil gelas, fokus retinanya sudah tercuri oleh mangkuk dan gelas yang ada di atas meja.

Naya mendekat.

Saat dilihatnya apa yang terletak di atas meja itu, Naya tersenyum tipis.

Mata Naya cepat menangkap secarik kertas yang ada disebelah mangkuk. Cekatan, tangan kiri gadis itu mengambil kertas yang ada dan membaca tulisannya.

Sesaat setelah membaca, Naya mengangguk dan menggeleng tak jelas, lalu tertawa sambil berkata pada dirinya sendiri, Izzu Izzu...... lo benar-benar suka sesuatu yang ribet ya.

Tanpa pikir panjang, karena tahu isi yang ada dimangkuk itu adalah untuknya, ia langsung duduk dan menyantapnya. Tentu saja basmalahnya tak lupa. Karena kalau ia lupa, Izzu pasti tak ikhlas dengan bubur yang dimakannya.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang