Keping 6 : Sebelum Berjumpa Telah Bersua

1.7K 191 6
                                    

happy reading

.......................

Tidak mudah bagi Izzu yang selama ini hidup di luar dan memiliki pergaulannya sendiri, diamanahkan oleh sang bunda untuk segera balik ke tanah air menemui seseorang. Ya, seseorang yang sama sekali tidak pernah ia jumpai sebelumnya. Dan parahnya lagi, orang itu adalah wanita.

Hanya lewat foto yang sang bunda berikan beberapa hari sebelum kembali ke Jakarta, Izzu diminta untuk menetapkan hatinya. Memantapkan rasa.

Awalnya, lelaki tampan itu tak tahu mau diapakan dia dengan gadis yang ada di foto itu. Masalah jodoh menjodoh tak pernah membayang dalam benaknya. Hal ini karena abi dan uminya benar-benar tak pernah menyinggung hal itu.

Keluarga mereka memang kental dengan balutan Islami, bertambah-tambah kental saat sang ayah, diplomat senior diamanahi tugas untuk bekerja sebagai Pejabat Berwenang dalam bidang Atase Pendidikan di KBRI Kairo beberapa tahun silam.

Perjodohan? Menikah? Memilih pasangan? Ayah Izzu tak pernah meributkan tentang hal itu. Benar-benar tidak pernah. Baginya saat ini kenyamanan dan ketenangan putra sulungnya lebih penting dari apa pun.

Namun, beberapa minggu kebelakang, Mirna, sang istri menyampaikan rencana perjodohan untuk Izzu dengan anak sahabatnya yang ada di Jakarta. Ayah Izzu sama sekali tak menolak, ia memberi izin yang seluas-luasnya. Bagaimana tidak, Dinar, sahabat yang Mirna bicarakan juga teman dekatnya sewaktu bersekolah dulu. Mereka satu SMA. Ayah Izzu sangat tahu sekali bagaimana hubungan persahabatan istrinya dengan Dinar.

Hanya saja, demi tak membuat putra sulungnya tak terkejut, sang bunda hanya menyuruh Izzu untuk mencoba memantapkan hati. Sama sekali tak menyinggung-nyinggung tentang perjodohan.

Tujuh hari berturut-turut Izzu mencoba apa yang sang bunda sarankan. Benar-benar mencobanya. Meyakinkan hatinya sendiri. Tapi, satu hal yang tak Izzu sampaikan pada uminya adalah : saat pertama kali ia melihat sosok wanita yang ada di dalam foto itu, entah mengapa hatinya menghangat. Benar-benar memberikan sensasi nyaman yang belum pernah Izzu rasa sebelumnya untuk wanita.

Perjalanan mereka dimulai setelah Izzu meminta izin pada pihak Yayasan Penghapal Qur'an tempat Izzu mengajar di Kairo untuk berhenti bekerja. Ia tak mengatakan alasan pasti mengapa ia berhenti bekerja pada Ketua Yayasan, karena memang ia tak tahu apa yang direncanakan uminya hingga memaksanya kembali ke tanah air dan mencari kerja di sana saja. Ia hanya menyampaikan ia akan kembali ke Jakarta dan mungkin akan butuh waktu lama untuk mengunjungi Kairo lagi.

Sebelum benar-benar meninggalkan Kairo, uminya Izzu telah mencari beberapa jalan keluar untuk Izzu. Memanfaatkan beberapa kenalan sang suami di beberapa pesantren dan yayasan, Mirna mencoba mencari peluang untuk anaknya bisa mengajar di sana selama beberapa waktu sampai ia bisa terbiasa hidup di Jakarta.

Izza, adik perempuan Izzu yang kebetulan memang berkuliah di Surabaya sangat senang mengetahui uminya dan abang tersayangnya akan datang ke Indonesia.

Izza tak memilih untuk ikut bersama orang tuanya ke Kairo, karena sedari kecil ia sudah betah tinggal bersama neneknya di Surabaya. Dan abi serta uminya tak pernah mempermasalahkan perkara itu.

Setelah memastikan semua sesuai rencana, anak dan ibu itu bertolak ke Indonesia. Meninggalkan sang diplomat yang kebetulan tidak bisa ambil cuti jika tidak untuk alasan yang mendesak.

Pesawat mendesing pelan, memisahkan Izzu dan Kairo hanya dalam hitungan jam.

Selama perjalanan, lelaki tampan itu tak pernah melepas zikir dari lidahnya. Selalu mengulang-ulang hapalan Qur'annya, dan terlihat sangat-sangat tenang saat sedang khusuk.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang