(Sebelas Januari :GIGI)
Kau bawa diriku ke dalam hidupmu
Kau basuh diriku dengan kasih sayang
Senyummu juga sedihmu adalah hidupku
Kau sentuh cintaku... dengan lembut... dengan sejuta warna
-terima kasih masih setia menemani perjalanan mereka, teman-
Happy reading
..................
Seperti yang Izzu dan Naya katakan, mereka benar-benar bertahan di puncak bermain-main. Melakukan shalat ashar disalah satu mushalla dekat parkiran dan kembali naik menikmati suasana senja diantara ribuan tangkai bunga.
Sesekali Izzu menggoda Naya, tapi keseringan Naya yang membuat si ustad tumbang. Sesekali Davin mengerjai Sandra, dan Sandra selalu membalas Davin dengan tiga metode ampuhnya : memukul kepala, memukul kepala, dan memukul kepala.
Kong Icuy benar-benar bahagia dengan kedatangan Naya dan rombongannya. Sore ini menjadi sore yang tak akan terlupakan oleh paman tua itu.
Kong Icuy yang sangat paham tentang Izzu yang tak mungkin sembarang makan tak mau mengambil risiko dengan menawarkan rombongan itu makan di rumahnya, makanya dengan keramah-tamahan paman tua itu, ia memesankan makanan dari bawah. Membayar ongkos lebih untuk membalas jasa si pengantar makanan yang sudah mati-matian naik ke puncak.
Naya makan dengan lahap, mengambil jatah ayam goreng Izzu tanpa tahu malu. Davin? Jangan ditanya, piringnya sudah seperti suasana tolak UU cipta kerja, riuh, ramai. Bukankah hanya Davin yang punya motto : selama itu gratis, rasa malu hanya akan menghambat kepuasan berselera, jadi jangan malu-malu, embat sajalah.
Izzu duduk di dekat Naya. Tentu saja, kalau tidak dimana lagi bucin tampan itu akan duduk? Membiarkan Naya menikmati suasana tentram senja sendirian? Ayolah... ini bukan saat yang tepat untuk membuang-buang kesempatan.
Mereka makan sekitar lima belas menit, kemudian sisanya dihabiskan untuk berbincang ringan. Duduk melingkar, menikmati indahnya anugerah Tuhan di langit senja.
Kong Icuy banyak tersenyum, bisa menatap muda-mudi bahagia yang ada di hadapannya membuat jiwa mudanya bangkit, teringat masa-masa kasmaran dirinya dulu. Tiba-tiba ia merindukan sosok Ling Er, istrinya yang telah dipanggil Tuhan sepuluh tahun silam.
Kong Icuy mengurut pelan pelipisnya. Menarik napas berat.
Cinta memang selalu seperti itu, saat seseorang yang sangat kau cinta pergi dan tak akan pernah lagi berada di bawah satu langit yang sama denganmu, kau hanya punya dua pilihan. Satu, menyusulnya dengan cara yang salah, karena kau sadar bahwa kau tak bisa apa-apa tanpa dirinya. Atau dua, membiarkan waktu membawamu bertemu dengannya, tapi risikonya harus kau tanggung, menguatkan diri tanpa ada dia di sisimu. Maka meski menyakitkan, kau tetap harus memilih pilihan yang tak akan mengantarkanmu pada jurang penyesalan. Cukup Romeo dan Juliet yang menyesali jalan cinta mereka. Jangan kau ulang kisah pilu itu.
Dalam suasana damai itu, usai menghilangkan bayangan Ling Ernya, Kong Icuy angkat bicara, bertanya pada Izzu yang ada di sebelah kanannya, "jadi Izzu... siapa nama cucuku? Sudah kau siapkan?"
Pertanyaan Kong Icuy nyata-nyatanya tak hanya membuat Izzu saja yang terkejut, tapi tiga lainnya juga, terlebih Naya.
Izzu terbatuk ringan, namun Davin usai terkejut sebentar langsung memasuki arus, ia selalu suka memanfaatkan momen emas seperti ini, "eh... gimana gimana Kong? Nanya apa tadi ama bang Izzu? Nama cucu? Cucu yang mana nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZuNaya
Humor[CERITA KE 1] Follow biar Teman bisa baca semua chapter 🤗 🔥kategori : baper stadium akhir🔥 Naya's scene : - Lo orangnya ribet ya Zu! Ngomong irit. Otak gue mesti kerja keras setiap lo ngomong. - Nggak usah sok baik. - Iya pak ustad, serah lo aja...