Keping 20 : Kamu Tak Salah

1.5K 172 16
                                    

happy reading

........................


Ray meninggalkan Queen Florist. Membawa luka pada tubuh dan hatinya. Tak berbicara sepatah kata pun pada Naya.

Davin yang membawa Ray sepanjang jalan pulang juga tak banyak bicara dengan seniornya itu. Hanya fokus menyetir mobil Ray.

Melihat keadaan Ray saat ini, si hidung bangir merasa sedikit kasihan. Tapi kalau ingatannya kembali pada penderitaan enam tahun yang Naya tanggung setelah Ray menghilang begitu saja, seketika rasa simpati Davin luntur tak berbekas.

Ray menghilang dari kehidupan Naya saat mereka terpisah, berkuliah di kota berbeda. Dua tahun tak ada kabar, tiba-tiba saja Ray memajang foto mesra dengan seorang wanita disosial medianya. Duduk tumpang tindih berpangku, dibumbui caption 'our love, our live, and destiny'. Semua itu terasa masih segar diingatan Davin. Karenanya Naya mengurung diri hingga sekarat. Terlalu baikkah jika saat ini Naya memaafkan Ray begitu saja atas alasan cinta? Entahlah.

Kejadian di toko bunga barusan sepertinya tak menjadi pukulan telak bagi Ray. Entah karena lelaki itu kurang perasa atau apa, ia masih ingin membuat Naya kembali padanya. Ia mundur hari ini, bukan untuk menghilang lagi. Tapi mengatur langkah agar bisa kembali suatu saat nanti. Mendapatkan apa yang menurutnya masih menjadi miliknya.

...

Naya masih duduk disamping Izzu sambil menaut-nautkan kesepuluh jarinya. Bingung mau memulai percakapan seperti apa setelah momen awkward tadi.

Sandra yang baru saja kembali dari belakang, membawa dua gelas air putih untuk Naya dan Izzu. Tak berbicara sepatah kata pun, Sandra cekatan meletakkan gelas itu di atas meja dekat Naya dan Izzu duduk. Lalu berjalan cepat kearah tangga. Membiarkan Izzu dan Naya memiliki waktu mereka.

Siang ini, toko bunga Naya amburadul. Kursi tunggunya melintang di tengah ruangan. Tidak apa pembeli yang datang. Dan beberapa tetes darah milik Ray mengering dilantai.

Aroma kenanga yang ditaruh di sudut ruangan tak memberi efek apa pun terhadap kekacauan yang terjadi. Serumpun mawar putri yang biasanya semerbak menguar keseluruh ruangan, siang ini bernasib sama dengan kenanga, tak mampu meredam aura kekacauan yang tercipta.

Tapi anehnya, entah mengapa, dalam keadaan genting dan kacau seperti sekarang, aroma embun rumput dipagi hari yang Izzu miliki membuat Naya merasa rileks dan tenang.

Satu alasan yang tak Naya sebutkan saat ini tentang mengapa ia tak beranjak dari Izzu adalah karena aroma embun rumput dipagi hari itu.

Naya ingin terus menghisap baunya. Karena semakin ia hirup, aroma itu seperti candu, semakin memberikannya keinginan untuk menghirup lagi dan lagi, lagi dan lagi.

Dan tentu saja Izzu tak akan pernah Naya beri tahu akan hal ini. Dimana letak martabat gadis itu jika harus jujur mengatakan yang sebenarnya pada si empunya aroma?

Setelah hening beberapa saat, Izzu mencoba kembali mengubah suasana. Mereka hanya berdua diruangan itu, duduk berdekatan, aneh saja rasanya kalau tak saling bicara. Toh mereka bukan orang asing terhadap satu sama lain. Mereka sudah diikrar dengan sumpah yang sah. Apalagi yang harus ditimbang dan dirasa kalau begitu? Sedikit merendah, Izzu berkata mempersilahkan, "Baiknya kamu minum, Nay."

Karena sudah lumayan lama membisu dalam momen menahan malu, suara Izzu barusan cukup untuk memutus lamunan Naya, gadis itu terkejut. Patah patah, Naya menjawab sambil mencoba menjernihkan pikirannya, " Eh.. iya..iya ini a-apa..iya ini gue minum. Eee gue minum kok. Oke minum."

Mendengar jawaban rancu Naya, Izzu tersenyum. Lalu meringis pasca tersenyum, 'ssss-hhh', sambil memegangi pipi kirinya.

"Kena karma lo kan ngetawain gue diam-diam, tad." Naya menimpali cepat setelah berhasil kembali seutuhnya dari lamunannya.

ZuNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang