Anggrek Hitam dan Desa Mati 3

557 61 5
                                    

Kian santang POV

Beberapa hari sudah aku tinggal di istana padjajaran.
Aku begitu betah tidak ada keinginan sama sekali pun untuk melakukan perjalananku menyebar agama islam.
Keluarga ku di istana begitu tentram,rukun dan damai.
Tidak ada sama sekali kami mengalami perselisihan dan ayahanda prabu memerintah dengan bijaksana juga keadilannya.
Bahkan musuh musuh padjajaran menurutku malah segan dan hormat kepada  rajanya.
Dan satu adik ku surawisesa memang benar benar sangat baik,kami berdua tidak memiliki permusuhan sama sekali pun.
Ia begitu hormat kepadaku bahkan dia sering mengajak ku berlatih ilmu kanuragan dan memuji ku jika aku berhasil melakukan jurus yang begitu sempurna.
Satu hal yang begitu ku puji dia adalah keinginannya untuk menjadi raja sama sekali tidak ada ia inginkan.

" raka kian santang mari kita berlatih memanah",kata adik surawisesa yang mengajakku untuk berlatih memanah..

" iya rayi mari kita berlatih",ajak kakak ku Walangsungsang juga.

Aku melihat kelangit dan kulihat matahari sedikit bergeser itu menandakan sudah waktunya untuk masuk sholat.

" tidak raka,rayi nanti saja kita berlatih....karena ini sudah memasuki sholat zhuhur jadi...aku ingin sholat dulu",jawab ku.

"raka mari kita sholat?",

" tidak rayi....!",

"kenapa raka?",tanya ku.

" bukankah sholat itu kewajiban bagi setiap muslim",jelasku pada raka walang.

Aku sering sekali mengajak nya sholat berjamaah bersama yunda rara santang dan ibunda tapi mereka selalu menolak dan melakukan sholat nya sendiri sendiri.

" ingat raka sholat berjamaah lebih baik bagi pria....apalagi sholat berjamaah adalah kesatuan dan persatuan kau ingat kata kata itu raka", terang ku kembali.

" rayi bukan begitu....aku...aku hanya ingin berlatih dulu bersama rayi surawisesa nanti aku akan sholat sendiri",jawab raka walangsungsang padaku.

Aku hanya diam dan mengangguk mengiyakan lalu pamit pergi.

*****

Setelah selesai berwudhu aku memasuki kamar untuk sholat kali ini aku harus sendiri lagi tidak berjamaah.
Sebelum melakukan sholat aku mendengar
ada suara seseorang memanggil nama ku.

" raden....raden.....!!"

Aku menoleh kebelakang dan samping tapi tidak ada seseorang sama sekali pun.
Aku pun segera melaksanakan sholatku.
Setelah selesai aku berzikir lalu membaca ayat kursi.

Tiba tiba aku mendengar suara teriakan seseorang dalam istana begitu keras.
Aku berhenti sejenak untuk menajamkan pendengaranku,aneh suara teriakan itu tidak ada lagi. Aku pun melanjutkan membaca ayat kursi tersebut lalu membaca surah yasin dan lagi lagi aku mendengar teriakan dalam istana. Aku pun berhenti membacanya dan suara teriakan itu berhenti. Aku pun ingin beranjak pergi untuk bertanya apa yang terjadi tapi ketika aku membalikan badan aku terkejut melihat Kenari Rindu ada di depan mataku.

" Kenari Rindu!",ucapku yang terkejut.

" raden kita harus pergi dari sini",ajaknya padaku untuk pergi dari istana.

Aku bingung apa yang dia maksud kenapa dia menyuruhku pergi dari istana yang merupakan rumahku sendiri.

" apa maksud nyimas Rindu?",tanya ku padanya.

" raden tidak ada waktu lagi...kita harus pergi dari istana ini...ini bukan istanamu!",
Jawabnya aku hanya mengernyitkan keningku karena bingung.

" bukan istanaku? Aku tidak mengerti apa yang kau maksud?",tutur ku,sungguh aku masih tidak mengerti.

" raden bangun dan sadarlah...ini memang istanamu tapi ini bukan istana sesungguhnya dan
keluargamu....keluargamu sama sekali bukan keluargamu yang asli", ujar Rindu padaku.

1000 Hari Bersama Raden Kian SantangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang