68. Obsession

2.9K 334 211
                                    

"Katakan yang sebenarnya, apa maksud nya Draco!" Aku berkata dengan mata berkaca-kaca dan terus menatap wajah Draco yang semakin pucat pasi.

"A-aku, a-aku ehm, jadi, a-aku.." Draco berkata dengan terbata-bata membuat ku semakin curiga.

"Katakan yang jelas!" Aku berkata dengan geram, lalu Draco menghela nafas panjang dan menatap kedua mata ku dengan cermat.

"Aku masih sayang dengan Pansy. Aku memiliki hubungan spesial dengan nya. Entah kenapa perasaan itu datang dengan sendiri nya, aku tahu kau pasti—" Draco berkata dengan begitu santai, tanpa sadar air mata ku terjatuh.

"Ini tidak mungkin? Kau hanya bercanda, kan?" Aku menangis tersedu-sedu, mata ku memerah dan berair.

"Tidak, aku tidak sedang bercanda." Draco berkata dengan serius, tawa dari Pansy semakin keras.

"Kasihan sekali deh, kenapa sih kau bisa percaya kalau Draco benar-benar tulus dengan perempuan seperti mu? Dia hanya memanfaatkan mu!" Pansy berkata dengan suara keras.

"Sekarang orang tua mu telah tiada, ibu Draco tidak lagi menyukai mu, tidak ada orang yang menyukai mu saat ini, ayo sadar deh. Draco? Astaga dia telah jujur kepada mu tentang kenyataan bahwa dia hanya memanfaatkan mu. Tidak ada yang percaya dengan mu di dunia ini setelah kematian Bellatrix, sadar deh!" Pansy tertawa-tawa.

Draco tampak frustasi, "Dengar—aku tidak pernah memanfaatkan mu [Y/N]—"

"Sudah cukup, Draco. Aku paham semua nya." Aku berkata dengan suara pasrah dan menyeka air mata di pipi ku.

"Kau mau kemana?" Draco berkata setelah aku meraih paksa tubuh Scorpius dari pergelangan tangan Draco.

"Sudahlah Draco, biarkan saja, bagus kan jika dia telah mengetahui kebenaran nya?" Pansy berkata dengan puas sambil memeluk tubuh Draco dengan leluasa.

Dengan cepat aku meninggalkan toko Flourish and Blotts dengan air mata yang terus bercucuran sambil menggendong tubuh Scorpius.

Tiba-tiba penglihatan ku menjadi kabur, dan aku sedikit terhuyung dan menabrak beberapa penyihir yang memakai jubah hitam yang menatap ku dengan  tatapan kebencian. Kabut asap tebal menusuk-nusuk penglihatan ku, dan aku terbatuk-batuk, aku melihat bangunan yang serba hitam dan saat ini aku dikelilingi orang-orang bertampang galak dan aneh.

Namun penglihatan itu hanya sebentar saja, dan tiba-tiba kabut tebal berwarna hitam menutup semua jalan, dan asap-asap yang sangat banyak itu mendekati tubuh ku sehingga aku tidak bisa melihat apapun kecuali warna hitam, dan tubuh ku terangkat sendiri nya.

Aku terbangun dengan nafas terengah-engah, jantung ku berdetak sangat kencang, seolah-olah tidak ada oksigen di ruangan yang cukup luas ini.

"Bertahanlah, ada apa dengan mu? Apakah kau bermimpi buruk?" Samar-samar aku melihat Draco datang membawa lilin dan menyalakan lampu kamar. Sehingga aku bisa melihat Draco yang menatap ku dengan khawatir dan terus menyentuh leher dan rambut ku yang berkeringat basah.

Nafas ku terus terengah-engah dan aku merasa sesak nafas yang sangat parah, dan bibir ku terus gemetar hebat, "Kau terlihat sangat parah, bertahanlah. Ini minum nya, oke? Kau harus minum dulu. Aku akan membangunkan ibu dan ayah ku untuk memeriksa kondisi mu." Draco menyodorkan gelas berisi air putih kepada ku.

Dia bergegas dan samar-samar dia menyalakan api unggun membuat ruang kamar ini menjadi lebih hangat dari sebelum nya.

Aku melihat kearah jam dinding yang terbuat dari sihir, masih menunjukkan pukul dua subuh. Kenapa mimpi ku terlihat sangat jelas, bahkan seperti dunia nyata? Digambarkan bahwa di mimpi aku, Draco dan Scorpius di pagi hari berkunjung ke Diagon Alley, dan yeah bertemu dengan Pansy Parkinson disana Draco berkata bahwa dia benar-benar selingkuh dengan nya.

HARDEST CHOICE | d. malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang