bab 11

4.6K 534 5
                                    

Aku, Ron dan Hermione mestinya belajar untuk menghadapi ujian kami, yang akan berakhir pada hari tugas ketiga dilaksanakan, tetapi kami melewatkan sebagian besar waktu mereka membantu Harry menyiapkan diri.

"Jangan khawatir," kata aku pendek kepada Harry, "paling tidak kami dapat angka tertinggi di kelas Moody." Ujar ku tersenyum mengembang lalu Ron dan Hermione mengangguk setuju.

"Latihan yang bagus untuk nanti kalau kita jadi Auror," kata Ron di samping ku dengan bersemangat.

Suasana di kastil ketika memasuki bulan Juni menjadi tegang lagi.

Semua anak menunggu-nunggu tugas ketiga, yang akan dilangsungkan seminggu sebelum akhir tahun ajaran.

Harry melatih berbagai sihir setiap ada kesempatan. Dia seperti nya merasa lebih percaya diri menghadapi tugas ini dibanding dua tugas sebelumnya.

"Tapi kemajuanmu betul-betul hebat," kata aku menyemangati, menunduk membaca daftar, dan menyilang sihir yang telah kami pelajari.

"Beberapa di antara sihir ini pasti berguna." Ujar Hermione bersemangat.

"Sini lihat," Bisik Ron, yang berdiri di depan jendela Dia memandang ke halaman di bawah. "Ngapain si Malfoy?"

Aku, Harry dan Hermione mendekat ke arah Ron, dan ikut melihat.

Draco Malfoy, Crabbe dan Goyle berdiri dalam bayangan pohon di bawah.

Crabbe dan Goyle tampaknya berjaga, keduanya menyeringai. Malfoy menangkupkan tangan ke
mulutnya dan bicara ke dalam tangannya.

"Sepertinya dia memakai walkie-talkie," kata Harry di samping ku yang penasaran.

"Tak mungkin," kata aku dingin. "Sudah kubilang, alat-alat semacam itu tidak akan berfungsi di sekitar Hogwarts. Ayo, Harry," Ujar aku dengan tegas, menarik tangan Harry dan berbalik dari jendela dan berjalan ke tengah ruangan.

"kita coba Mantra Pelindung lagi." Sirius mengirim burung hantu setiap hari sekarang.

Seperti halnya aku, aku sangat berkonsentrasi agar Harry berhasil melewati tugas terakhir sebelum menangani hal lain.

Sirius selalu mengingatkan Harry dalam semua suratnya bahwa apa pun yang mungkin terjadi di luar dinding Hogwarts bukan tanggung jawab Harry, juga di luar kekuasaan Harry untuk mempengaruhinya.

Kalau Voldemort benar-benar bertambah kuat lagi, dia menulis, prioritasku adalah memastikan keselamatanmu. Dia tak bisa berharap menyentuhmu selama kau di bawah perlindungan Dumbledore, tetapi tetap saja, jangan ambil risiko. Berkonsentrasilah untuk bisa melewati maze dengan selamat, dan setelah itu baru kita mengalihkan perhatian untuk hal-hal lain.

Aku dapat merasakan ketegangan Harry meningkat ketika tanggal dua puluh empat Juni semakin dekat, tetapi tidak separah ketegangan yang dirasakannya menjelang tugas pertama dan keduanya. Dia yakin kali ini dia telah berusaha sekuat tenaga untuk menyiapkan diri menghadapi tugas ini.

***

Acara sarapan di meja Gryffindor pada hari pelaksanaan tugas ketiga menurut ku sungguh seru.

Burung-burung hantu pos bermunculan, ke arah meja kami, membawakan kartu semoga sukses untuk Harry dari Sirius.

Burung hantu pekik datang membawakan Daily Prophet kepala aku seperti biasanya.

Aku membuka lipatan korannya, mengerling halaman pertama, dan jus labu kuning di mulut ku tersembur membasahi koran itu.

"Kenapa?" tanya Harry dan Hermione bersamaan, heran menatap ku.

"Tidak apa-apa." kata aku ter-buru-buru, berusaha menyingkirkan koran itu dari pandangan ku.

Tetapi dengan cepat Ron menyambar koran ku. Dia membaca kepala beritanya dan berkata, "No way. Tidak hari ini. Dasar nenek nenek tua."

"Apa?" tanya Harry. "Rita Skeeter lagi?"

"Tidak," kata Ron, dan sama seperti ku, dia berusaha menyingkirkan koran itu.

"Tentang aku, kan?" ujar Harry sangat yakin.

"Tidak," kata Ron, dengan suara yang sama sekali tidak meyakinkan.

Draco Malfoy berteriak dari meja Slytherin di seberang aula.

"Hei, Potter! Bagaimana kepalamu? Kau tak apa-apa? Yakin kau tak akan mengamuk kepada kami?"

Draco juga memegang Daily Prophet. Anak-anak Slytherin di meja itu terkikik dan berbalik di tempat duduk mereka ingin melihat reaksi Harry.

"Kalian yang membantu Rita Skeeter menulis berita tolol ini?" Ujar ku dengan nada marah, anak-anak Slytherin lain nya termasuk Draco tertawa puas.

"Kalau iya, memang nya kenapa? Ah. Aku tahu. Kau meminta bantuan kami agar wajah jelek mu terpampang di Daily Prophet lagi, kan." Ujar Pansy Parkson diiringi tawaan dari anak-anak Slytherin lain nya.

"Seberapa sering kalian melakukan itu kepada Harry, sama saja kalian membantu nya agar terkenal." Ujar ku dingin lalu membuang pandangan dari anak-anak Slytherin lain nya yang mendesis ke arah ku.

"Coba kulihat," Harry berkata kepada Ron. "Berikan padaku."

Ron menyerahkan koran itu. Harry membaliknya dan langsung berhadapan dengan fotonya sendiri, di bawah kepala berita besar.

HARRY POTTER TERGANGGU DAN MEMBAHAYAKAN

Aku tidak perlu membaca nya lebih banyak lagi karena aku tahu seberapa omong kosong nya yang ditulis Rita Skeeter tentang Harry.

"Ini terlihat seperti melebih-lebihkan aku, ya?" kata Harry enteng, melipat kembali korannya.

Aku dapat melihat, di meja Slytherin, Draco Malfoy, Crabbe, dan Goyle menertawakannya, mengetuk-ngetuk kepala mereka dengan jari, mengeriut-ngeriutkan wajah dengan liar, dan menjulur-julurkan lidah mereka seperti ular.

"Menjijikan." Ujar ku menatap ke arah meja Slytherin dengan tatapan tajam.

"Bagaimana dia bisa tahu tentang semua nya?" kata aku keheranan. "Dia tak ada di sana, tak mungkin dia bisa mendengar—"

"Entah," kata Harry memotong pembicaraan ku. "Aku tidak peduli lagi dengan bagaimana dia bisa membututi ku."

"Ah, ya." Ujar ku sambil mengangguk mengerti.

HARDEST CHOICE | d. malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang