"[Y/N]... aku perlu bantuanmu." Lirih Harry lalu aku mengangguk.
"Menurutmu apa yang selama ini kucoba lakukan, Harry?" Balas ku berbisik ke arah nya.
"[Y/N], aku harus sudah menguasai Mantra panggil dengan baik besok sore." Ujar Harry lalu aku mengangguk mengerti.
Kami pun berlatih berdua. Kami sama sekali tidak makan siang, melainkan langsung ke kelas kosong.
Di kelas itu Harry mencoba sekuat tenaga membuat berbagai benda terbang menyeberangi ruangan ke arahnya.Aku melihat Harry yang masih kesulitan dan cemas. Buku dan pena bulu berulang-ulang jatuh ke lantai seperti batu ketika baru setengah jalan menyeberangi ruangan.
"Konsentrasi, Harry, konsentrasi..." Ujar ku memegang tangan Harry dengan erat.
"Menurutmu apa yang sedang kulakukan?" Ujar Harry menatap ku dengan gusar. "Naga raksasa entah kenapa tak hentinya muncul di benakku... Oke, coba lagi ..."
Harry seperti nya ingin sekali membolos Ramalan untuk meneruskan latihan, tetapi aku menolak mentah-mentah meninggalkan dia sendirian.
Aku melihat Harry menghela nafas kasar, dan ia seperti terpaksa menahan diri selama pelajaran Profesor Trelawney, yang menghabiskan lebih setengah jam pelajaran memberitahu murid-murid nya bahwa posisi Mars dalam hubungannya dengan Saturnus pada saat itu berarti bahwa orang yang lahir pada bulan Juli menghadapi bahaya besar meninggal mendadak secara mengerikan.
"BAGUS KALAU BEGITU," Teriak Harry keras-keras, kemarahannya meledak, "ASAL TAK LAMA-LAMA MENDERITA SAJA AKU DI KELAS INI."
Aku, Hermione dan Ron hanya tertawa terbahak-bahak namun seperti nya Profesor Trelawney tidak menyadari nya.
***
Aku memaksa Harry untuk menelan makan malam setelah pelajaran Ramalan, ia tadinya berniat untuk tidak makan juga karna berfikir ia harus latihan, tetapi aku dengan cepat membantah nya dan menyuruh Harry untuk makan malam bersama ku.
Kemudian kami kembali ke kelas kosong bersama, memakai Jubah Gaib untuk menghindari para guru.
Aku dan Harry berlatih sampai lewat tengah malam. Dan akhir nya kami berdua buru-buru pergi sebelum kebisingan ku dan dia terdengar oleh Flitch.
Kami kembali ke ruang rekreasi Gryffindor, yang untungnya sudah kosong.
Pukul dua dini hari, aku terbangun dari tidur ku dan berjalan keluar dari kamar.
Aku melihat Harry yang masih berdiri di dekat perapian, dikelilingi oleh tumpukan benda- benda: buku-buku, pena-pena bulu, dan beberapa kursi terbalik.
"Harry, kau masih menghafal mantra?" Tanya ku setengah kantuk dengan mata lelah, "Yah, itu lebih baik, Harry, jauh lebih baik," Ujar ku tersenyum senang meskipun sangat letih.
"Yah, sekarang kita tahu apa yang harus kita lakukan lain kali kalau aku tak bisa menguasai mantra," kata Harry, melemparkan kembali Kamus Rune kepada ku, ia sepertinya ingin mencoba lagi.
"Ancam aku dengan naga. Baik!" Dia mengangkat tangannya sekali lagi. "Accio Dictionary!"
Buku tebal itu melesat dari tangan ku, terbang menyeberangi ruangan, dan Harry menangkapnya.
"HARRY! KAU SUDAH MENGUASAI NYA!" Ujar ku riang, Harry tersenyum tulus.
"Asal besok bisa berhasil saja," ujar Harry, "Fireboltku jaraknya sangat lebih jauh daripada barang-barang di sini. Dia ada di kastil, sedangkan aku di lapangan—"
"Itu tidak masalah." kata ku dengan nada tegas. "Asal kau berkonsentrasi benar-benar pada sapumu, dia akan datang." Ujar ku lalu Harry mengangguk.
"Harry. Kita perlu tidur, kau sudah berlatih keras menguasai mantra itu. Kau harus tidur malam ini." Ujar ku yang sangat kantuk lalu menarik tangan Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE | d. malfoy
FanfictionPernikahan ini dibuat hanya karna harta, kasta keluarga, dan keturunan darah murni penyihir. Tak masalah jika aku tidak mencintai laki-laki itu. = = = = = = = = = = = = Seluruh isi Hogwarts ku jamin tidak akan ada yang mengetahui bahwa aku sudah me...