bab 33 (18+)

8K 596 187
                                    

Liburan musim panas telah tiba, aku memilih untuk menghabiskan waktu ku di rumah dengan Draco.

Sejujur nya aku ingin sekali untuk menemui orang tua ku, tapi untuk saat ini aku tidak tega melihat Draco yang tampak bersedih akhir-akhir ini, karena Lucius, ayah nya, masuk ke Azkaban.

"Draco.." Aku menatap nya dengan lekat. Aku mendatangi nya yang sedang duduk di atas kasur putih, aku mengusap-usap rambut putih pirang nya, dan aku mendekat kan wajah ku ke arah wajah nya, "Sampai kapan kau akan bersikap dingin kepada ku?"

Dia mendonggak kecil, ini seperti hal yang terbalik 90 derajat karena sebelum nya aku tidak pernah memperlakukan Draco layak nya anak kecil seperti ini, "Sampai aku melihat kau menjauhi Potter."

Aku menghela nafas panjang, sekali lagi, Draco membuat ku sulit untuk mengambil keputusan, "Draco, dia sahabat ku sekarang. Kau tahu, aku tidak berpacaran lagi dengan nya."

"Tapi aku tidak mau kau dekat dengan nya. Apalagi kau bersahabat dengan Potter." Aku dapat melihat wajah Draco memerah setelah mengatakan hal itu.

Dia cemburu.

"Draco, dengar. Aku tidak pernah melarang mu untuk bersahabat dengan Pansy. Kau juga tak bisa melarang ku untuk bersahabat dengan Harry." Aku berusaha meluruskan, namun dia tampak semakin dingin dan galak setelah aku mengatakan hal itu.

"Aku tidak lagi dekat dengan Pansy. Untuk apa aku dekat dengan nya?" Draco menatap ku dengan tajam, "Aku hanya ingin kau menjauhi Potter, apa susah nya?"

"Draco-"

"Tak masalah. Jika kau tidak ingin menjauhi Potter, aku akan mengatakan kepada ibu mu, dan kalau bisa keluarga ku dan keluarga mu akan tahu hal itu, gampang kan?" Dia tersenyum sinis.

Aku menatap nya tajam.

Dasar tukang ngadu.

"Well, BAIKLAH!" Aku meninggikan suara ku.

Dia mengangkat sebelah alis nya, "Bagaimana?"

"Aku akan jauhi Potter." Aku berkata tanpa menatap wajah ceria nya.

"Apakah aku boleh meminta satu hal lagi kepada mu?" Dia berkata membuat ku menghela nafas dengan kasar.

Aku menatap nya dengan malas, "Apa?"

"Jauhi Granger si Darah-Lumpur, dan Weasley si Raja-Musang." Dia berkata dengan senyum penuh kemenangan.

Aku tersentak dan menatap nya dengan tajam, "Aku duga seperti nya kau sinting, Draco. Mereka juga teman ku!"

"Kau bisa memilih teman yang lebih baik untuk mu, sayang."

"Draco, maaf. Tapi mereka teman ku. Kau tidak bisa mengatur hidup ku terus-menerus." Aku menghela nafas panjang, menatap nya dengan kecewa.

"Tidak, aku hanya bercanda." Dia tersenyum dan dengan cepat dia memeluk tubuh ku.

Aku melepaskan pelukan nya, "Apakah kau ingin bermain truth or dare?"

"Well, permainan itu sangat terkenal di kalangan Muggle kan." Dia tersenyum, dan aku mengangguk.

Aku mengambil botol bekas minuman keras di bawah kasur putih, "Kau mabuk?" Aku menatap botol itu dengan aneh.

"Ya. Untuk pertama kali nya, kemarin malam. Aku membeli nya kemarin ketika kau sedang tertidur." Dia berkata tanpa menatap ekspresi aneh dari wajah ku.

"Dimana?" Aku berkata singkat, dan dingin.

"Aku membeli nya di tempat teman kakek ku dia seorang Muggle." Dia tersenyum, "Kau tidak usah khawatir, aku tidak mabuk seperti yang kau pikirkan."

HARDEST CHOICE | d. malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang